wmhg.org – JAKARTA. Nilai tukar ditutup melemah pada akhir pekan kemarin. Jumat (9/8) rupiah melemah 0,19% ke Rp 15.925 per dolar Amerika Serikat (AS) dan Jisdor turun 0,23% ke Rp 15.914 per dolar AS.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang, Lukman Leong mengatakan bahwa sepanjang pekan kemarin rupiah mengalami rebound. Hal itu akibat kekhawatiran resesi AS yang telah menyebabkan sentimen risk off yang kuat berakhir, dengan aksi spekulatif bargain hunting dan sentimen risk on yang mendukung mata uang beresiko.
Namun penguatan besar rupiah hingga di bawah Rp 16.000 menyebabkan aksi profit taking investor, ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (11/8).
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menambahkan bahwa data pasar tenaga kerja AS menunjukkan tunjangan pengangguran turun lebih dari yang diharapkan pekan lalu. Kondisi tersebut meredakan kekhawatiran akan resesi yang akan segera terjadi.
Untuk besok, Lukman memproyeksikan rupiah akan konsolidasi. Menurutnya, investor cenderung wait and see mengantisipasi beberapa data ekonomi penting, seperti data inflasi dan penjualan ritel AS, data perdagangan Indonesia, serta data industri dan ritel China.
Sementara Ibrahim memperkirakan rupiah akan menguat. Sebab, International Monetary Fund (IMF) menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat di tengah gejolak eksternal dengan inflasi yang terjaga pada kisaran target yang ditetapkan, dan sektor keuangan yang resilien.
IMF memproyeksikan kinerja ekonomi Indonesia akan tetap tinggi, yaitu sebesar 5% pada 2024 dan 5,1% pada 2025, paparnya.
Ia pun memperkirakan rupiah akan ditutup menguat di rentang Rp 15.880 – Rp 15.970 per dolar AS. Sementara Lukman di kisaran Rp 15.900 – Rp 16.050 per dolar AS.