wmhg.org – JAKARTA. Persaingan pasar alat berat di Indonesia makin ketat seiring maraknya merek-merek impor asal China yang ikut bermain di industri ini. Beberapa merek alat berat China yang beredar di pasar domestik antara lain Sany, LiuGong, Sinotruk, XCMG, dan lain-lain.
Ketua Umum Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) Giri Kus Anggoro mengatakan, keberadaan alat berat impor dari China jelas akan berdampak pada pangsa pasar produsen alat berat lokal.
Pasalnya, alat berat China diimpor secara utuh atau completely built up (CBU) dengan harga jual lebih murah karena harga bahan bakunya juga lebih rendah, khususnya untuk komponen dari besi dan baja.
Ditambah lagi, terdapat perjanjian perdagangan bebas atau free trade agreement (FTA) yang memungkinkan alat berat China bisa masuk ke Indonesia dengan tarif bea masuk 0%.
Di sisi lain, kami yang ada industrinya masih harus membayar bea masuk 5%–15% untuk impor bahan baku. Belum lagi ada aturan lartas (larangan dan pembatasan) dan kuota impor, ungkap Giri, Selasa (3/9).
Hinabi menyebut, mayoritas alat berat impor China beroperasi di kawasan pertambangan, terutama untuk proyek yang menggunakan skema turnkey. Selain tambang, alat berat impor dari Negeri Tirai Bambu juga banyak beredar untuk proyek-proyek konstruksi.
Secara umum, Hinabi tetap optimistis target produksi alat berat nasional sebanyak 8.000 unit pada 2024 dapat tercapai. Sedangkan hingga semester I-2024, produksi alat berat terkoreksi 17% year on year (yoy) menjadi 3.337 unit.