wmhg.org – JAKARTA. Kinerja emiten logam diperkirakan masih berpotensi tumbuh hingga akhir tahun nanti. Pelonggaran kebijakan moneter hingga memanasnya konflik di Timur Tengah menjadi pendorongnya.
Hingga saat ini, harga komoditas logam, khususnya timah dan nikel masih bergerak fluktuatif. Bahkan, nikel cenderung stagnan sejak awal tahun.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mengatakan bahwa volatilitas harga logam pada beberapa pekan terakhir masih sejalan dengan memanasnya konflik di Timur Tengah. Selain itu, ketidakpastian kondisi suku bunga The Fed juga mempengaruhi harga komoditas global tersebut.
Kami menilai pada semester II 2024 harga masih memiliki potensi penguatan, meski dengan kenaikan yang sudah cukup terbatas, ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (9/8).
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta melanjutkan bahwa terbatasnya kenaikan harga komoditas tersebut akibat pelemahan ekonomi China.
Ia menyebutkan, data produksi industri China diperkirakan akan stagnan, berkisar 5% dan PMI Manufacturing China turut mengalami kontraksi sehingga menghambat permintaan.
Karenanya, pelonggaran kebijakan moneter akan memberikan dorongan untuk harga komoditas. Karena dolar Amerika Serikat (AS) akan mengalami pelemahan, tetapi juga perlu adanya akselerasi pemulihan ekonomi China juga, sebutnya.
ANTM Chart by TradingView
Di sisi lain, keyakinan para analis bahwa kinerja emiten logam mampu tumbuh juga melihat tingkat produksi.
Kami kira tingkat produksi juga masih menjadi 'concern' beberapa emiten di semester II karena ada beberapa emiten yang terlihat masih fokus untuk mengejar target produksi mereka di tahun ini, paparnya.
Selain itu, dengan masih cukup tinggi beberapa harga komoditas, seperti emas dan timah, Mifta memperkiraan kinerja emiten-emiten yang fokus produksinya di kedua komoditas tersebut masih akan berpotensi mengalami kenaikan.
Dari berbagai hal itu, Mifta menilai bahwa momentum menjadi salah satu sentimen untuk trading plan di segmen ini. Hal itu menyusul harga komoditas emas dan timah yang masih lebih tinggi secara rata rata.
Oleh karena itu, ia merekomendasikan trading buy ANTM dengan target harga Rp 1.345. Selain itu hold TINS dengan target harga Rp 1.005.