wmhg.org – JAKARTA. Kinerja sejumlah emiten konsumer bervariasi di semester I-2024.
Laba bersih entitas Grup Salim, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), semisal, tergerus 30,76% secara tahunan atau Year on Year (YoY) menjadi Rp 3,84 triliun di sepanjang semester I-2024.
INDF sejatinya masih mampu mencetak pertumbuhan penjualan bersih sebesar 2,61% YoY menjadi Rp 57,29 triliun dari Rp 56,08 triliun per Juni 2023.Â
Sementara itu, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) mampu mencetak pertumbuhan pendapatan di semester I-2024. Namun laba bersih produsen Indomie ini harus tergerus karena membengkaknya beban keuangan.Â
ICBP membukukan penjualan bersih sebesar Rp 36,96 triliun per Juni 2024, tumbuh 7,20% secara tahunan atau year on year (YoY) dari Rp 34,47 triliun.
Namun, ICBP juga mencatat laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 3,53 triliun, merosot 38,21% secara tahunan dari Rp 5,72 triliun.
Sementara, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) mencatat laba tahun berjalan Rp 1,75 triliun pada semester I-2024. Angka ini naik 41,12% yoy bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,24 triliun.
Dari sisi pendapatan, MYOR membukukan sebesar Rp 16,23 triliun atau naik 9,47% yoy dibandingkan paruh pertama tahun lalu sebesar Rp 14,8 triliun.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan secara keseluruhan kinerja emiten konsumer sejalan sesuai ekspektasi, di mana secara kinerja top line masih solid tetapi secara bottom line memang ada penurunan dikarenakan kenaikan beban bahan baku.Â
Kami melihat hal ini sudah sesuai dengan pergerakannya. saat ini MYOR dan ICBP masih menarik diperhatikan, kata Azis kepada Kontan, Jumat (9/8).
Azis menilai, secara prospek saat ini bisa di manfaatkan adanya penguatan rupiah untuk trading, hal ini biasanya akan ada price in oleh pelaku pasar karena adanya estimasi dari sisi bottom line karena penurunan beban kinerja.Â
Dan untuk kinerja keuangan kami memperkirakan pada semester II-2024 kinerja top line masih akan cenderung tumbuh terbatas dan akan ada perbaikan kinerja dari sisi bottom line, ujarnya.
Dalam riset tanggal 7 Agustus 2024, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Abyan Habib Yuntoharjo berpendapat bahwa pertumbuhan sektor konsumer akan stabil pada semester II-2024, serupa dengan kinerja di semester I-2024.Â
Abyan menilai pertumbuhan volume dibandingkan kenaikan harga akan menjadi pendorong pendapatan utama, kecuali MYOR yang berencana menaikkan Average Selling Price (ASP) secara bertahap.
Sektor ini fokus pada penetrasi pasar karena melemahnya daya beli, kata Abyan dalam risetnya, Rabu (7/8).
Secara historis, sektor ini telah tumbuh sekitar 7,2% per tahun dalam tujuh tahun terakhir. Namun, pertumbuhan ini hanya satu digit.
Kami menjaga pandangan hati-hati terhadap margin pada semester II-2024 karena volatilitas bahan baku. Meskipun beberapa harga material telah stabil, biaya input yang tinggi dapat menyebabkan opex untuk melindungi margin EBIT (laba sebelum bunga dan pajak), jelasnya.
Abyan menerangkan ada sejumlah faktor utama yang membentuk prospek sektor konsumer pada semester II-2024, antara lain bantuan pemerintah, pemilihan kepala daerah, pelantikan Presiden baru, potensi cukai pada minuman manis dan gula, serta implementasi kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada awal tahun depan.
Kami mempertahankan sikap netral terhadap sektor konsumen karena tidak adanya katalisator yang substansial, meskipun ada antisipasi peningkatan ekonomi pada paruh kedua tahun 2024. Kami memperkirakan dampak penuh dari kebijakan pemerintah akan terwujud pada tahun 2025, imbuhnya.
Abyan merekomendasikan untuk hold saham ICBP dengan target harga Rp 11.000 – Rp 11.200, trading buy pada INDF dengan target harga Rp 6.100 – Rp 7.000, buy MYOR dengan target harga Rp 2.570 – Rp 3.270 per saham.
Azis merekomendasikan untuk trading buy saham MYOR dengan target harga Rp 2.740 dan ICBP dengan target harga Rp 11.825.