Jakarta – Bos dan pendiri Telegram Pavel Durov telah ditempatkan di bawah penyelidikan formal di Prancis sebagai bagian dari penyelidikan kejahatan terorganisasi pada aplikasi pengiriman pesan tersebut. Hal itu dikatakan jaksa penuntut Paris.
Pavel Durov (39 tahun) belum ditahan, tetapi ditempatkan di bawah pengawasan pengadilan, dan harus membayar uang jaminan sebesar €5 juta atau sekitar Rp 85,41 juta, asumsi euro terhadap dolar AS di kisaran 17.082 (£4,2 juta; USD 5,6 juta).
Miliarder kelahiran Rusia tersebut, yang juga merupakan warga negara Prancis harus muncul di kantor polisi Prancis dua kali seminggu dan tidak diizinkan meninggalkan wilayah Prancis.
Durov pertama kali ditahan saat tiba di bandara Le Bourget di utara Paris Sabtu lalu berdasarkan surat perintah atas pelanggaran yang terkait dengan aplikasi tersebut.
Dalam pernyataan Rabu, 28 Agustus 2024, jaksa penuntut Paris mengatakan Durov telah menjalani penyelidikan formal atas dugaan pelanggaran yang meliputi:
– Keterlibatan dalam pengelolaan platform daring untuk memungkinkan transaksi terlarang oleh geng terorganisasi
– Menolak untuk berkomunikasi dengan pihak berwenang
– Keterlibatan dalam distribusi gambar seksual anak-anak oleh penjahat terorganisasi
Di Prancis, menjalani penyelidikan formal tidak berarti bersalah atau harus berujung pada persidangan tetapi hal itu menunjukkan hakim menganggap ada cukup bukti untuk melanjutkan penyelidikan.
Durov sejauh ini belum memberikan komentar publik tentang perkembangan terbaru.
Pengacaranya, David-Olivier Kaminski mengatakan, Telegram mematuhi semua peraturan digital Eropa dan dimoderasi dengan standar yang sama seperti jejaring sosial lainnya.
Tidak masuk akal untuk mengatakan bahwa kliennya dapat terlibat dalam tindakan kriminal yang tidak menyangkut dirinya baik secara langsung maupun tidak langsung, tambahnya.