wmhg.org – TAIPEI. Kementerian Pertahanan Taiwan menyatakan bahwa China belum memiliki kemampuan untuk melakukan invasi penuh terhadap Taiwan karena keterbatasan peralatan.
Meski begitu, China terus mengembangkan senjata canggih dan mempertimbangkan opsi lain untuk menekan Taiwan, seperti memeriksa kapal kargo asing di perairan sekitar pulau tersebut.
Dalam laporan ancaman tahunan yang disampaikan kepada parlemen, Taiwan menyoroti bahwa China telah meningkatkan tekanan militer dan politik dalam lima tahun terakhir untuk memperkuat klaimnya atas Taiwan.
Namun, kementerian pertahanan Taiwan menekankan bahwa meskipun China semakin mahir dalam operasi militer gabungan, kemampuan logistik dan peralatan pendaratan yang tidak memadai, serta kondisi geografis Selat Taiwan, masih menjadi kendala utama bagi Beijing.
China, yang menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, tidak pernah mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk menguasai pulau tersebut. Namun, menurut laporan, China belum memiliki kemampuan tempur formal untuk melakukan invasi skala penuh ke Taiwan.
Kendati demikian, China sedang mempercepat pengembangan berbagai senjata canggih, seperti pesawat pengebom H-20, rudal hipersonik, dan peningkatan jumlah hulu ledak nuklir. Mereka juga menguji taktik baru untuk memperkuat posisi militernya.
Pada bulan Mei, setelah Lai Ching-te diangkat sebagai Presiden Taiwan, China menggelar latihan militer di sekitar pulau tersebut. Dalam latihan tersebut, untuk pertama kalinya, kapal penjaga pantai China dilibatkan dalam latihan intersepsi dan inspeksi di lepas pantai timur Taiwan.
Kementerian pertahanan Taiwan menyebut latihan ini sebagai upaya China untuk memutus komunikasi Taiwan dengan dunia luar dan memblokade pulau tersebut, termasuk kemungkinan menaiki kapal kargo asing sebagai langkah alternatif selain konflik terbuka.
Perairan di sekitar Taiwan, termasuk Selat Taiwan, merupakan jalur pelayaran internasional yang sibuk. Namun, hingga saat ini, kementerian pertahanan China belum memberikan tanggapan atas laporan tersebut.
Dalam sebuah konferensi pers di Beijing, juru bicara kementerian pertahanan China, Wu Qian, menegaskan bahwa selama Partai Progresif Demokratik yang berkuasa di Taiwan terus mendorong upaya kemerdekaan, tidak akan ada perdamaian.
Ia memperingatkan bahwa semakin Taiwan memprovokasi, semakin cepat Taiwan akan menghadapi kehancuran.
Taiwan merencanakan peningkatan signifikan dalam anggaran pertahanannya untuk tahun depan, sejalan dengan upaya mereka memperkuat kemampuan militer, termasuk pengembangan rudal, kapal selam, dan senjata lainnya sebagai langkah pencegahan terhadap ancaman dari China.
Presiden Lai, yang dituduh sebagai separatis oleh China, kembali menawarkan dialog dengan Beijing, namun tawaran tersebut ditolak. Ia menegaskan bahwa hanya rakyat Taiwan yang memiliki hak untuk menentukan masa depan mereka.
Kami akan terus meningkatkan kemampuan pertahanan diri kami dan menunjukkan kepada dunia bahwa kami bersatu sebagai bangsa dan bertekad untuk melindungi negara kami, ujar Lai.