wmhg.org – JAKARTA. PT United Tractors Tbk (UNTR) melanjutkan pengembangan bisnis non-batubara. Anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) ini masih melirik ekspansi di bidang mineral dan energi terbarukan.
Direktur United Tractors, Iwan Hadiantoro menyampaikan sampai saat ini pendapatan dan laba UNTR masih bergantung pada segmen batubara dengan kontribusi sekitar 65%. UNTR mengejar kontribusi yang berimbang, sehingga dalam lima tahun ke depan sumbangan dari batubara dan non-batubara bisa mencapai 50:50.
Sejak lima tahun terakhir UNTR getol melakukan diversikasi dengan menyasar bidang energi terbarukan dan mineral. Iwan bilang, emas, nikel, tembaga dan litium merupakan komoditas potensial pada sektor mineral.
Kami aktif mencari peluang di dua sektor ini. Dalam emas nanti ada (mineral ikutan) tembaga dan perak. Kami juga bicara mengenai nikel dan pemrosesannya, kata Iwan dalam paparan publik, Jumat (30/8).
Tak hanya di tambang, dalam waktu dekat UNTR akan ekspansi pada smelter nikel dengan teknologi Rotary Kiln-Electric Furnance (RKEF). Selanjutnya, UNTR akan ekspansi pada smelter High Pressure Acid Leach (HPAL).
Tahun lalu, UNTR resmi masuk ke bisnis nikel usai menuntaskan akuisisi terhadap PT Stargate Pasific Resources dan Nickel Industries Limited. UNTR pun siap melanjutkan pengembangan segmen mineral, hingga melihat potensi ekspansi ke aset luar negeri.
Kami tetap cari baik untuk domestik dan mulai melihat peluang-peluang apakah memungkinkan untuk investasi di luar negeri juga kami jajaki, ungkap Iwan.
Secara bersamaan, UNTR terus mengembangkan portofolio energi terbarukan. Segmen ini digarap melalui anak usaha, PT Energia Prima Nusantara (EPN). Pada aset panas bumi, UNTR memiliki 32,7% saham PT Supreme Energy Rantau Dedap (SERD). Sedangkan pada tenaga air, UNTR menggenggam 31,49% saham PT Arkora Hydro Tbk (ARKO).
Perbaikan Kinerja
Dari sisi capaian kinerja untuk tahun ini, UNTR optimistis ada perbaikan kinerja pada semester II-2024. Semester sebelumnya perseroan mengalami penurunan performa keuangan.
UNTR meraup pendapatan senilai Rp 64,51 triliun atau menurun 6,05% secara tahunan (YoY). Sementara laba bersih UNTR menyusut 14,98% (YoY) menjadi Rp 9,53 triliun.
Kinerja keuangan yang melandai mencerminkan kontraksi pada sejumlah segmen bisnis. Contohnya pada penjualan alat berat Komatsu yang hingga bulan Juli 2024 hanya mencapai 2.515 unit atau menurun 29,17% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Direktur UNTR, Widjaja Kartika mengungkapkan penjualan alat berat menyusut pada semester I-2024 karena sejumlah faktor. Terutama adanya momentum Pemilu & Pilpres, Idul Fitri, hingga tertundanya Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) sejumlah perusahaan batubara dan nikel.
Widjaja optimistis kondisinya akan membaik pada paruh kedua. Pemilu sukses dan RKAB berangsur keluar, maka kami mendapatkan cukup banyak permintaan. Di sektor agro, kami pun mendapatkan beberapa prospek baru, kata Widjaja.
UNTR tetap ingin mempertahankan pangsa pasar alat berat nasional yang mencapai sekitar 29%. Sehingga dengan proyeksi total penjualan alat berat sebanyak 15.500 – 16.000 unit pada tahun ini, maka UNTR yakin bisa menjual sekitar Rp 4.500 unit.
Di sektor tambang, harga komoditas andalan yakni batubara, nikel dan emas juga menunjukkan tren perbaikan. Iwan mencontohkan batubara yang di awal tahun bergerak di level US$ 100 – US$ 110 per ton, kini sudah mencapai US$ 140 – US$ 150 per ton.
Lonjakan paling tinggi dialami oleh harga emas yang sudah menembus level US$ 2.500 per troi ons. Sedangkan nikel yang tertekan di akhir tahun lalu kini bergerak di area US$ 16.000 – US$ 17.000 per ton.
Kami berharap mungkin dalam enam bulan ke depan situasi ini akan stabil. Tentunya itu berdampak positif pada bisnis kami yang banyak bergantung pada komoditas ini, terang Iwan.
Pada tahun ini, UNTR menargetkan produksi batubara sebanyak 13 juta ton. Terdiri dari 11,9 juta ton batubara termal dan 1,1 juta ton batubara metalurgi. Kemudian, UNTR mengejar produksi bijih nikel sebanyak 1,9 juta wet metric ton.
Terdiri dari 1,2 juta ton limonit dan 700.000 ton saprolit. Sedangkan untuk emas, UNTR menargetkan penjualan sebanyak 235.000 ons.
Rekomendasi Saham
Sementara dari sisi pergerakan saham, UNTR sedang melemah dalam dua perdagangan beruntun. Menutup pekan ini, harga UNTR turun 1,01% ke level Rp 27.050 per saham pada Jumat (30/8)
Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto melihat potensi pertumbuhan kinerja UNTR menjelang akhir tahun 2024. Dari sisi pergerakan saham, UNTR juga menarik lantaran masih dalam tren menguat.
UNTR Chart by TradingView
Pelemahan dalam dua hari ini bisa dimanfaatkan untuk strategi buy on weakness. Cermati support di harga Rp 26.000 dengan resistance di level Rp 28.000 dan Rp 31.000.
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, William Wibowo punya rekomendasi yang sama, buy on weakness saham UNTR. Hitungan dia, support UNTR ada di level Rp 25.000, dengan posisi resistance di Rp 28.774 per saham.