Jakarta – Provinsi Jawa Tengah sukses menampung Rp 21,85 triliun investasi di kuartal I 2025, atau setara 27,89 persen dari target investasi Rp 78,33 triliun di sepanjang tahun ini. Menariknya, realisasi tersebut paling banyak datang dari investasi luar negeri dalam bentuk penanaman modal asing (PMA).
Investasi yang menarik di Jawa Tengah, antara PMA dan dalam negeri lebih banyak dari PMA-nya. Bayangkan, bahwa PMA kita itu hampir 64 persen, sedangkan dalam negeri 36 persen, kata Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi dalam acara Central Java Investment Business Forum (CJIBF) 2025 di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (29/7/2025).
Sebagai perbandingan, sebanyak 64 persen atau Rp 14,08 triliun investasi di Jawa Tengah berasal dari luar negeri. Sementara sekitar Rp 7,77 triliun (36 persen) berasal dari penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Adapun realisasi PMA terbesar datang dari China (24,64 persen) sebesar Rp 3,47 triliun. Diikuti Korea Selatan Rp 2,56 triliun (18,21 persen), Hong Kong Rp 2,41 triliun (17,12 persen), Singapura Rp 2,08 triliun (14,78 persen), hingga Belanda Rp 0,78 triliun (5,51 persen).
Industri dari barang kulit dan alas kaki jadi sektor pemasukan investasi asing terbesar, sebanyak Rp 2,45 triliun (17,40 persen). Disusul industri tekstil Rp 2,39 triliun (16,97 persen), serta industri karet dan plastik Rp 2,29 triliun (16,28 persen). Mayoritas investasi dari ketiga sektor industri tersebut berasal dari luar negeri.
Secara umum dari PMA dan PMDN, industri tekstil memegang realisasi investasi terbanyak di Jawa Tengah, dengan Rp 2,66 triliun. Kemudian sektor industri barang kulit dan alas kaki Rp 2,51 triliun, industri karet dan plastik Rp 2,45 triliun, industri makanan Rp 1,97 triliun, hingga perumahan, kawasan industri dan perkantoran sebesar Rp 1,83 triliun.