wmhg.org – JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, dari 2019 hingga 2023 kelas menengah yang bekerja di sektor formal mengalami penurunan, sementara pada 2024 naik tipis.
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, mayoritas pekerjaan kelas menengah adalah di sektor formal, dan selebihnya bekerja di sektor informal.
“Ternyata mayoritas pekerja kelas menengah pekerjaannya berstatus formal. Dia berusaha, dibantu buruh tetap atau dia memang sebagai buruh karyawan atau pegawai,” tutur Amalia dalam konferensi pers, Jumat (30/8).
Sementara itu, bila dilihat selama 5 tahun terakhir, masyarakat kelas menengah yang bekerja di sektor formal memang tercatat menurun dari 2019 yang sebesar 61,71% turun menjadi 2023 sebesar 58,65%. Meski begitu, pekerja di sektor formal meningkat jadi 59,35%.
Kemudian, masyarakat kelas menengah yang bekerja di sektor informal juga tercatat menurun dari 2019 sebesar 61,71% menjadi 58,65% pada 2023, kemudian meningkat pada 2024 menjadi 59,36%.
Adapun berdasarkan catatan 2024, kelas menengah paling banyak bekerja di sektor jasa atau sebanyak 57,05%, di sektor industri sebesar 22,98%, dan 19,97% bekerja di sektor pertanian.
Untuk diketahui, jumlah kelas menengah terus menurun dalam 10 tahun terakhir. Pada 2019 masyarakat kelas menengah mencapai 57,33 juta, kemudian turun menjadi 53,83 juta pada 2021.
Selanjutnya, jumlah masyarakat kelas menengah juga tercatat kembali turun pada 2022 menjadi 49,51 juta, turun pada 2023 menjadi 48,27 juta, dan pada 2024 turun menjadi 47,85 juta.
Sebelumnya, Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Raden Pardede menyampaikan, masyarakat kelas menengah mengalami turun kelas lantaran terdampak pandemi Covid-19.
Sementara itu, saat pandemi berlangsung pemerintah paling banyak menggelontorkan anggaran untuk masyarakat kelas bawah.
“Kelas menengah pilarnya adalah sektor manufaktur dan formal sektor yang produktivitasnya relatif tinggi. Persoalannya adalah akhir-akhir ini sektor manufaktur agak tertekan, tertinggal akibat dari China dan lainnya,” tutur Raden dalam agenda bertemakan ‘Optimisme Baru Pembangunan Ekonomiera Pemerintahan Prabowo – Gibran,’ Kamis (29/8).
Permasalahan lainnya, penciptaan lapangan kerja akhir-akhir ini lebih banyak di sektor informal, dan sektor yang minim produktivitas.
Maka dari itu, Raden berharap, penciptaan lapangan kerja ke depannya lebih banyak ada di sektor formal, khususnya pada industri manufaktur.