wmhg.org – JAKARTA. Rupiah tergelincir di akhir pekan, Jumat (30/8).Mengutip Bloomberg, (30/8), rupiah spot melemah 0,20% secara harian ke level Rp 15.455 per dolar AS pada Jumat (30/8). Rupiah Jisdor BI juga melemah 0,41% secara harian ke level Rp 15.473 per dolar AS.
Dalam sepekan, rupiah di pasar spot menguat sekitar 0,23% secara mingguan ke level Rp 15.455 per dolar AS dari level penutupan akhir pekan lalu Rp 15.492 per dolar AS.
Rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) juga menguat sekitar 0,52% secara mingguan ke level Rp 15.473 per dolar AS dari level penutupan akhir pekan lalu Rp 15.554 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mencermati, dolar AS terbantu oleh tanda-tanda ketahanan ekonomi AS yang terus berlanjut. Ini terjadi setelah data produk domestik bruto (PDB) AS yang dirilis kemarin menunjukkan ekonomi AS tumbuh lebih dari yang diperkirakan pada kuartal kedua 2024.
Selain itu, rupiah melemah pada Jumat (30/8) dipengaruhi penantian investor terhadap data indeks harga Price Consumption Expenditure (PCE) AS yang akan dirilis Jumat (30/8) malam.
“Ekonomi yang kuat dan inflasi yang lesu dapat membuat Fed kurang bersemangat untuk memangkas suku bunga secara tajam,” jelas Ibrahim dalam risetnya, Jumat (30/8).
Ibrahim melihat, para pedagang saat ini masih mempertahankan taruhan untuk pelonggaran pada bulan September. Mereka (para investor) lebih condong ke arah pemotongan yang lebih kecil, 25 basis poin (bps), berdasarkan data CME Fedwatch.
Dari Asia, pelemahan rupiah di akhir pekan berkaitan dengan rilis data indeks harga konsumen Tokyo menunjukkan inflasi tumbuh sedikit lebih tinggi dari yang diharapkan pada bulan Agustus. Terpantau inflasi inti bergerak kembali mendekati target tahunan Bank of Japan (BOJ) sebesar 2% di tengah peningkatan belanja swasta.
Akibatnya, pembacaan tersebut memperkuat gagasan bahwa peningkatan inflasi akan memberi BOJ lebih banyak ruang untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun ini. Pembacaan inflasi indeks harga produsen Tokyo juga membuat pasar mengabaikan hasil produksi industri dan penjualan ritel yang mengecewakan.
Dengan berbagai faktor tersebut, Ibrahim memperkirakan rupiah kemungkinan melemah di perdagangan awal pekan depan, Senin (2/9).
Nilai tukar rupiah diperkirakan akan melemah dalam rentang Rp 15.440 – Rp 15.520 per dolar AS.
Pengamat Mata Uang Lukman Leong mengatakan, posisi rupiah pada Senin (2/9) akan tergantung hasil rilis data inflasi PCE AS Jumat (30/8) malam. Data PCE Amerika diperkirakan naik 0,2% secara bulanan (MoM) sehingga membawa kenaikan inflasi tahunan naik 0,1% menjadi 2,7%.
“Apabila hasilnya (data inflasi PCE) sesuai atau malah lebih tinggi, maka rupiah berpotensi terkoreksi dan sebaliknya,” ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (30/8).
Data manufaktur China juga akan menjadi perhatian khususnya bagi pergerakan mata uang kawasan Asia. Selain itu, investor menantikan rilis data inflasi Indonesia bulan Agustus yang akan dirilis pada awal pekan depan.
Lukman menuturkan, walau rupiah masih dalam lingkungan yang positif, dolar AS yang sudah oversold bisa saja berbalik menguat (rebound) setiap saat.
Dengan mempertimbangkan sentimen-sentimen tersebut, dia memperkirakan rupiah akan bergerak di rentang Rp 15.450 -Rp 15.550 per dolar AS di perdagangan Senin (2/9).