wmhg.org – JAKARTA. Para emiten telekomunikasi telah merilis kinerja keuangan semester I-2024. Hasilnya, PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) kompak mencetak pertumbuhan top line dan bottom line.Â
ISAT membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 2,73 triliun per Juni 2024. Ini melesat 43,29% secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari Rp 1,9 triliun.Â
Lonjakan laba bersih itu ditopang oleh kenaikan pendapatan. Selama periode Januari–Juni 2024, pendapatan ISAT tumbuh 13,38% secara tahunan menjadi Rp 27,97 triliun dari Rp 24,67 triliun.Â
Presiden Direktur Indosat Vikram Sinha menyampaikan hasil di paruh pertama ini, merupakan hasil dari strategi ISAT yang cermat dalam mendorong kemajuan perusahaan.Â
Secara bersamaan, kami meningkatkan fokus pada keunggulan operasional dan efisiensi sehingga memungkinkan ISAT mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang kuat, jelasnya belum lama ini.Â
Selain itu, Indosat tengah mengakselerasi perjalanan menuju menjadi AI Native TechCo. Vikram bilang, transformasi ini dilakukan untuk mendorong inovasi dan pertumbuhan masa depan.Â
 ISAT Chart by TradingView
Sementara itu, EXCL juga berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih hingga double digit. Ini sejalan dengan meningkatnya pundi-pundi pendapatan emiten dengan logo biru ini.Â
Dari sisi top line, EXCL mengantongi pendapatan sebesar Rp 17,05 triliun atau tumbuh 8,16% YoY di semester I-2024. Pada periode yang sama di 2023, pendapatan EXCL mencapai Rp 15,76 triliun.
Adapun laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk EXCL mencapai Rp 1,02 triliun per Juni 2024. Ini tumbuh 57,52% secara tahunan dari Rp 650,68 miliar.Â
Dian Siswarini, Presiden Direktur XL Axiata menuturkan salah satu kunci pertumbuhan XL Axiata adalah personalisasi penawaran dan layanan. Strategi ini bakal diterapkan sepanjang 2024.Â
Hasil dari penerapan strategi berbasis digital melalui data analytics juga memungkinkan XL Axiata berinvestasi di area yang bernilai tinggi dan membangun jaringan, katanya.Â
Selain itu, lanjut Dian, EXCL juga meningkatkan penerapan teknologi artificial intelligence (AI) untuk membuka peluang-peluang baru dalam ruang lingkup industri telekomunikasi yang sangat dinamis.Â
Namun PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) mencatatkan penurunan laba bersih karena meningkatnya sejumlah pos beban. Padahal, pendapatan TLKM masih mencetak pertumbuhan.Â
Emiten pelat merah ini berhasil berhasil meraup pendapatan sebesar Rp 75,29 triliun per 30 Juni 2024 atau tumbuh 2,47% YoY. Pada periode yang sama di 2023, laba bersih TLKM hanya Rp 73,47 triliun.Â
Penurunan ini salah satunya disebabkan oleh meningkatnya beberapa pos beban. Seperti beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi yang naik dari Rp 19,17 triliun menjadi Rp 19,46 triliun.Â
Kemudian pos beban penyusutan dan amortisasi juga naik 1,13% YoY menjadi Rp 16,12 triliun. Beban karyawan Telkom juga naik dari Rp 7,84 triliun menjadi Rp 9,48 triliun.Â
Dus, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Telkom mencapai Rp 11,76 triliun di semester I-2024. Ini turun 7,80% YoY dari Rp 12,75 triliun.Â
Direktur Utama Ririek Adriansyah menjelaskan di semester I-2024, Telkom melaksanakan program Pensiun Dini yang berdampak pada peningkatan biaya personal Perseroan dalam jangka pendek.Â
Diharapkan Telkom akan menjadi perusahaan yang lebih ramping dan meningkatkan talenta digital, sehingga akan berdampak positif pada efisiensi dan produktivitas, ucapnya.Â
Head of Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi mencermati adanya penurunan Average Revenue Per User (ARPU) yang disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat.Â
Bukan faktor kompetisi karena belum terkonfirmasi, tetapi untuk saat ini memang lebih disebabkan daya beli yang mengkhawatirkan, jelas Audi, Sabtu (10/8).
Saham pilihan Kiwoom Sekuritas jatuh pada TLKM dengan target harga di Rp 3.500 dan EXCL di Rp 2.700. Hingga akhir perdagangan Jumat (9/8), EXCL parkir di level Rp 2.160 saham dan TLKM di Rp 2.830.Â