wmhg.org – JAKARTA. Investasi di pasar modal, terutama dalam instrumen saham masih menjadi primadona. Associate Director Talentvis, Patricia Setyadjie menjadi salah seorang yang tertarik menyelami investasi saham.
Patricia mulai melirik saham bukan karena takut ketinggalan tren alias Fear of Missing Out (FOMO). Ketertarikan Patricia justru terpicu oleh sang anak, yang secara autodidak mengasah keahlian untuk mendulang cuan dari saham.
Alumni sarjana bahasa Inggris dari Universitas Kristen Petra tahun 2000 ini memiliki dua putra, yang sedang duduk di masa akhir perkuliahan. Keduanya tertarik berinvestasi saham, terutama si sulung.Â
Selayaknya Gen Z, putra Patricia memanfaatkan kemajuan teknologi untuk belajar secara mandiri. Melalui video edukasi di YouTube, sosial media serta mendalami pemberitaan tentang investasi dan korporasi.
Hasilnya menggembirakan. Dengan modal tabungan dari uang bulanan, putra Patrica bisa cuan hingga puluhan persen. Profit lumayan banget. Dia outodidak dan rajin memperhatikan pasar. Saya jadi ingin ikut belajar, kapan harus beli, saham mana yang bagus, cerita Patricia kepada Kontan.co.id, belum lama ini.
Patricia meyakini, relasi antara orang tua dan anak tidak boleh kaku, termasuk dalam hal literasi keuangan. Apalagi di era saat ini, kesediaan untuk saling belajar justru bisa membuat interaksi yang lebih erat dan hangat di dalam keluarga.
Mereka lebih melek terhadap perkembangan zaman dan teknologinya. Kalau orang tua dulu kan investasi itu, emas, tanah, sudah. Sekarang mereka punya visi untuk bisnis sendiri dan ada tambahan income dari saham, ujar Patricia.
Soal pilihan saham, Patrica bercerita bahwa sang putra lebih menggemari saham blue chip, terutama dari sektor perbankan. Mengoleksi saham dengan fundamental dan likuiditas baik diharapkan bisa meminimalkan risiko di tengah volatilitas pasar.Â
Di sisi lain, momentum untuk beli dan jual juga menjadi penting. Jadi kalau lagi ada duit disimpan, menunggu saham pilihan turun harga. Begitu merah, baru beli banyak, imbuh Patricia.
Sementara itu, Patricia mulai berinvestasi properti pada tahun 2010. Pilihan dia adalah apartemen. Tujuannya untuk disewakan agar bisa mendulang pendapatan berulang (recurring income).
Patricia ingin memiliki beberapa apartemen dalam satu lokasi strategis yang bisa disewakan. Ide ini didapat sewaktu Patricia berwisata ke Italia.
Waktu itu dalam satu lantai owner-nya punya tujuh unit untuk disewakan harian atau mingguan. Saya pikir menarik juga. Kalau bisa kumpul di lokasi yang sama, bisa jadi kayak punya hotel, tutur Patricia.
Namun, ide untuk bisa menyewakan apartemen dalam jangka pendek itu belum terwujud. Sebab, untuk mengembangkan karier, Patricia mesti berdomisili di Jakarta.
Sedangkan apartemen yang dimiliki Patricia berada di kota asalnya, Surabaya. Dus, Patricia pun memilih untuk menyewakan apartemen dalam jangka yang lebih panjang dengan durasi tahunan.
Patricia lebih memilih investasi properti dalam bentuk apartemen ketimbang rumah tapak atau rumah toko. Menurut dia, pasar apartemen di Surabaya masih cukup menarik.
Sehingga dengan perbandingan harga beli dan harga sewa, apartemen bisa memberikan recurring income dan return of investment lebih tinggi. Tapi harus cermat dan tepat pilih lokasi dan pengembangnya, kata Patricia.
Saat ini, aset properti masih dominan mengisi keranjang investasi Patricia dengan porsi sekitar 80%. Sementara emas dan saham masing-masing sebesar 10%.
Patricia meyakinkan, persentase portofolio investasi tersebut pasti akan berubah. Porsi saham akan membesar, lantaran dia akan semakin dalam menyelami investasi saham.
Baca Juga: Pimpinan Luno Indonesia Disiplin Diversifikasi Aset Investasi
Berwisata ke 36 Negara
Dalam empat tahun terakhir, Patricia Setyadjie fokus berkarier di bidang rekrutmen sumber daya manusia. Setelah menjadi Group Business Lead di Glints, mulai tahun ini Patricia menjabat sebagai Associate Director Talentvis.
Talentvis merupakan perusahaan rekrutmen dengan kantor cabang di beberapa wilayah Asia Pasifik. Sebagai headhunter, Patricia mencari dan merekrut posisi top talent sesuai kebutuhan klien.
Di tengah kesibukannya itu, Patricia tidak meninggalkan hobi yang sudah dijalani dalam 10 tahun terakhir, yakni melancong ke luar negeri. Hingga saat ini, Patricia sudah berwisata ke 36 negara.
Hobi ini dimulai sejak Patricia berkarier di EF Education First, sebagai Regional Marketing Manager hingga menjadi Country Manager. Setiap tahun ada meeting di luar negeri. Biasanya langsung tambah seminggu, sekalian ke negara lainnya, kata Patricia.
Patricia biasanya mengincar musim dingin, dan suka mengejar pemandangan unik seperti aurora. Destinasi favoritnya ada di negara-negara Skandinavia seperti Finlandia dan Norwegia.
Destinasi berikutnya, Patrcia dan keluarga sedang merancang perjalanan ke Jepang atau ke Austria. Pastinya lebih suka wisata ke alam, lihat yang hijau dan langit biru karena sehari-hari sudah tinggal di kota, tutup Patrcia.