Jakarta Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, memprediksi nilai tukar rupiah akan kembali mengalami tekanan pada perdagangan awal Senin 1 September 2025 besok. Situasi politik yang memanas di dalam negeri serta faktor eksternal berupa penguatan dolar AS menjadi kombinasi yang membuat rupiah berpotensi terdepresiasi lebih dalam.
Ibrahim menjelaskan, gejolak politik pasca aksi penjarahan dan pembakaran sejumlah fasilitas publik di beberapa daerah telah memicu kekhawatiran pasar. Kondisi tersebut menciptakan sikap apatis di kalangan pelaku pasar, yang pada akhirnya menambah tekanan terhadap stabilitas rupiah.
“Ada kemungkinan besar rupiah ini akan melemah 100–150 poin. Dalam kelemahan ini kemungkinan rupiah ini akan mendekati level 16.600-an,” ujar Ibrahim dalam keterangan resmi, MInggu (31/8/2025).
Menurutnya, pelemahan rupiah hingga ke level Rp 16.600 per dolar AS masih dianggap wajar dalam kondisi perdagangan saat ini. Namun, Ibrahim menekankan bahwa level tersebut hanya batas minimal, dan rupiah bisa saja melemah lebih jauh hingga Rp 16.650 per dolar AS, terutama jika ketidakpastian politik di dalam negeri terus berlanjut.
“Artinya apa? Bahwa 16.600 itu angka minimal. Bisa saja di 16.600–16.650 itu yang kemungkinan terjadi,” jelasnya.
Selain faktor politik domestik, Ibrahim juga menyoroti pengaruh eksternal yang datang dari pergerakan dolar AS. Ia menyebut, penguatan dolar secara global memberikan tekanan tambahan bagi rupiah.
Dengan kombinasi faktor internal dan eksternal tersebut, pelemahan rupiah di kisaran 100–150 poin pada perdagangan Senin mendatang dinilai sebagai hal yang wajar.