Jakarta Perdana Menteri Singapura, Lawrence Wong buka suara terkait pengenaan tarif impor AS sebesar 10% terhadap negaranya oleh Amerika Serikat.
Mengutip The Straits Times, Rabu (9/4/2025) Lawrence Wong me dalam pidatonya yang bernada keras mengkritik tarif impor yang dikenakan AS pada Singapura, dengan menyoroti hubungan dagang kedua negara.
Dia menyebut, keputusan pengenaan tarif impor 10% oleh Presiden AS Donald Trump bukan tindakan yang dilakukan seseorang terhadap seorang teman.
Dalam pernyataannya di parlemen Singapura, Lawrence Wong juga mengatakan bahwa tarif baru yang luas bukanlah reformasi terhadap tatanan perdagangan global, tetapi penolakan terhadap sistem yang pernah diperjuangkan AS.
Menurutnya, jika bea masuk tersebut benar-benar timbal balik dan ditujukan pada negara-negara surplus perdagangan, tarif untuk Singapura seharusnya nol.
Selain itu, PM Lawrence Wong juga menilai bahwa tarif universal menandai titik balik yang mendalam dalam perdagangan global, menjauh dari globalisasi berbasis aturan dan menuju era yang lebih sewenang-wenang, proteksionis, dan berbahaya.
Perasaan bahwa AS telah memberikan terlalu banyak dengan mengizinkan China bergabung dengan WTO; dan bahwa China bersaing secara tidak adil, misalnya, dengan memberikan subsidi besar-besaran kepada perusahaannya sendiri, memasang hambatan nontarif, dan membatasi akses pasar bagi perusahaan-perusahaan AS. Kekhawatiran ini harus ditangani dalam kerangka WTO, kata dia.
Seperti diketahui, AS pekan lalu mengenakan tarif 10 persen pada semua impor global ke negara tersebut, yang juga berlaku untuk Singapura.
Negara ekonomi terbesar di dunia tersebut telah mencatat surplus perdagangan sebesar USD 2,8 miliar dengan Singapura pada tahun 2024, atau tumbuh 84,8 persen dari tahun sebelumnya, menurut data dari Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat. Perdagangan dua arah juga meningkat menjadi USD 89,2 miliar selama periode tersebut.