Jakarta – Jalanan Ibu Kota nampaknya sudah tak asing bagi Supardi (53), seorang pengemudi ojek online (ojol) yang tetap mengais nafkah di tengah ajakan aksi demonstrasi, Selasa, 20 Mei 2025. Nafkah keluarga dan pemenuhan kebutuhan istri dan anaknya menjadi alasan kuat.
Gemuruh massa aksi demonstrasi kelompok ojol di Patung Kuda, Jakarta Pusat yang memprotes kebijakan aplikator tak ditepisnya. Namun, dia mengaku bukan lagi saatnya dia memprotes dengan suara lantang.
Kita tetap support saja yang ikut demo-demo ini, biarin yang masih muda-muda dah yang ikut. Saya milih narik saja, kata dia saat berbincang dengan di sekitar Stasiun Cawang, Jakarta.
Pria dua anak ini mengisahkan telah lama daftar menjadi mitra pengemudi ojol. Tepatnya pada 2015 lalu, masa awal pemesanan ojek online bisa dilakukan pengguna. Sejak saat itu, Supardi melihat peluang pendapatan yang tinggi.
Namun, seiring tahun berganti, aplikasi hingga mitra ojol pun berkembang biak. Perkembangan itu membuat Supardi mengantongi lebih sedikit pendapatan setiap harinya.
Saat ini, dia mengatakan hanya bisa mendapatkan maksimal Rp 200.000 dari hasil tarikan gasnya di jalanan Jakarta. Bukan angka yang besar baginya, mengingat ada keluarga yang jadi tanggungannya.
Kalau dibilang cukup ya, dicukup-cukupin. Kalau saya bilang cukup nanti hoax, lagi. Ya dicukup-cukupin aja, ungkapnya disambung tawa kecil.