Jakarta – Indonesia mencatat debut di pasar obligasi yuan global. Hal ini seiring Pemerintah Indonesia untuk pertama kali menerbitkan surat utang negara (SUN) berdenominasi yuan atau Chinese Renminbi/CNH) atau Dim Sum Bonds.
Nilai penerbitan obligasi berdenominasi itu sebesar 6 miliar yuan atau sekitar Rp 13,2 triliun dengan kurs 1 yuan sekitar Rp 2.200. Demikian seperti dikutip dari Antara, Sabtu (25/10/2025).
BACA JUGA:Selain Canada FTA, Mendag Usul ASEAN Jajaki Kerja Sama UE dan Dewan Kerja Sama Kawasan Teluk
BACA JUGA:Menko Airlangga: Indonesia Siap Perkuat Teknologi, Pendanaan, dan Kapasitas Kelembagaan di AZEC
BACA JUGA:Hari Apa yang Diperingati 26 Oktober Setiap Tahunnya? Yuk Cari Tahu!
BACA JUGA:Bank Dunia Prediksi Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,8% pada 2026
Langkah tersebut menandai debut Indonesia di pasar obligasi yuan global serta menjadi penerbitan global bonds berformat SEC-registered untuk kedelapan belas kalinya oleh pemerintah,” demikian seperti dikutip.
Penerbitan tersebut merupakan tonggak penting dalam upaya diversifikasi pembiayaan APBN sekaligus memperluas basis investor global.
Usai pemerintah mengumumkan pembukaan masa penawaran Dim Sum Bonds pada Kamis, 23 Oktober 2025, penerbitan tersebut berhasil menarik minat investor onshore (domestik) China dengan total final orderbook mencapai 18 miliar yuan atau Rp 39,6 triliun.
“Minat investor yang besar terhadap penerbitan obligasi tersebut mencerminkan kepercayaan investor asing terhadap stabilitas ekonomi, prospek pertumbuhan, serta kredibilitas pengelolaan fiskal Indonesia,” demikian seperti dikutip.
Tingginya minat investor tersebut memungkinkan pemerintah untuk menetapkan tingkat imbal hasil (yield) akhir yang lebih kompetitif dibandingkan level penawaran awal (Initial Price Guidance), dengan penurunan sebesar 45 basis poin (bps) untuk tenor 5 tahun dan 40 bps untuk tenor 10 tahun.
Dengan demikian, yield akhir untuk tenor 5 tahun tercatat sebesar 2,5 persen, sementara tenor 10 tahun sebesar 2,9 persen.
Dim Sum Bonds mendapat peringkat Baa2 dari Moody’s, BBB dari Standard & Poor’s, dan BBB dari Fitch Ratings, serta akan dicatatkan di Singapore Exchange Securities Trading Limited (SGX-ST).
Sementara Bank of China, HSBC, dan Standard Chartered Bank bertindak sebagai Joint Lead Managers dalam transaksi tersebut.




:strip_icc()/kly-media-production/medias/5323738/original/036456100_1755830721-1000073740.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5391041/original/047978500_1761295384-WhatsApp_Image_2025-10-24_at_13.16.14.jpeg)

:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3372966/original/057089700_1612924679-bitcoin-2007769_640.jpg)




:strip_icc()/kly-media-production/medias/5383000/original/098357600_1760612392-4.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/976574/original/043353600_1441279137-harga-emas-6.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5392215/original/098106500_1761406292-c52c01eb-f08c-4585-ac84-c6d7a9114a51.jpeg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/3532280/original/085965300_1628161371-20210805-Harga-emas-alami-penurunan-ANGGA-1.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5392077/original/064818700_1761387812-KA_Purwojaya_anjlok_.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5292909/original/030498400_1753269084-IMG_3773.jpg)