Jakarta Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia, Pandu Sjahrir, menjelaskan alasan di balik kebijakan membuka peluang bagi profesional asing untuk duduk di jajaran komisaris maupun direksi di BUMN.
Menurut Pandu, langkah ini bukan tanpa dasar. Ia menegaskan bahwa Danantara ingin membawa ekosistem BUMN ke level yang lebih tinggi setara dengan lembaga investasi besar dunia seperti Tamasek Holdings di Singapura atau Abu Dhabi Developmental Holding Company (ADQ).
BACA JUGA:Kejagung Tegaskan WNA Pimpin BUMN Tetap Bisa Dijerat Hukum jika Korupsi
BACA JUGA:Agrinas Palma Nusantara Buka Lowongan Kerja, Ada 7 Posisi Strategis!
BACA JUGA:WNA Pimpin BUMN Sah Saja! Mensesneg: Sama Seperti Kita Butuh Pelatih Asing
“Dari sumbang sumber daya manusia kita mencari yang terbaik, terus ada yang nanya kenapa harus ada orang asing? kami selalu bilang kita ingin perusahaan-perusahaan yang ada di Danantara magsife nya mirip dengan Tamasek di Singapura, atau ADQ di Abudabi, dimana semua BUMN itu menjadi aset utamanya,” kata Pandu dalam acara 1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran, Jakarta, Kamis (16/10/2025).
Ia juga menekankan bahwa model pengelolaan Danantara berbeda dengan Government of Singapore Investment Corporation yang menggunakan dana langsung dari kas negara.
“Berbeda dengan GIC dimana itu digunakan dari kas negara yang langsung ditabung dan diinvestasikan,” ujarnya.
Danantara justru fokus mengelola dividen dari BUMN dan mengubahnya menjadi kekuatan bisnis yang berkelas dunia.
“Di sini kita harus bisa mengelola dividen yang dihasilkan dan juga membawa perusahaan-perusahaan di BUMN itu menjadi world class,” ujarnya.