Baca 10 detik
Limbah minyak jelantah dari program MBG sukses diubah menjadi komoditas ekspor bernilai tinggi, tidak lagi dibuang sebagai sampah dan bahkan dijual dengan harga dua kali lipat
Singapore Airlines menjadi salah satu pembeli utama minyak jelantah MBG untuk diolah menjadi bioavtur, sejalan dengan komitmen maskapai tersebut terhadap penggunaan energi hijau
Dengan rencana pengembangan hingga 30 ribu dapur MBG, Indonesia berpotensi menjadi pemasok jutaan liter bahan baku bioavtur setiap bulan yang berasal dari minyak jelantah
wmhg.org – Siapa sangka, limbah minyak goreng bekas atau jelantah dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah kini menjelma menjadi komoditas ekspor bernilai fantastis.
Tak lagi berakhir di pembuangan, minyak jelantah ini justru terbang tinggi hingga menjadi bahan bakar pesawat maskapai internasional, Singapore Airlines.
Fakta ini diungkap langsung oleh Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana. Menurutnya, minyak jelantah yang berasal dari ribuan dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di seluruh Indonesia telah menciptakan rantai ekonomi baru yang menguntungkan.
Alih-alih menjadi limbah, jelantah ini dikumpulkan secara sistematis untuk memenuhi permintaan pasar global.
Dalam pidatonya di acara Konferensi Pembangunan Berkelanjutan, Dadan membeberkan bagaimana limbah dapur ini bisa memiliki nilai jual yang tinggi.
Ini jelantahnya tidak dibuang, ditampung oleh para entrepreneur dan kemudian diekspor dengan harga yang dua kali lipat karena salah satu penggunanya adalah Singapore Airlines, kata Dadan saat pidato dalam Konferensi Pembangunan Berkelanjutan Melalui Program Strategi Nasional MBG bersama Bappenas, Rabu (19/11/2025).
Permintaan dari Singapore Airlines bukan tanpa alasan. Dadan menjelaskan bahwa maskapai tersebut sedang gencar membangun citra sebagai perusahaan ramah lingkungan.
Salah satu komitmen mereka adalah memastikan sebagian kecil bahan bakar pesawatnya berasal dari sumber terbarukan atau bioavtur.
Singapore Airlines itu karena ingin mendeklarasikan sebagai salah satu maskapai yang berwawasan lingkungan dan 1 persen avtur berbahan bio. Dan salah satu bahan bio adalah cooking oil atau minyak jelantah Itu, ucapnya.
Potensi bisnis dari jelantah MBG ini sangat masif. Dadan merinci, setiap SPPG rata-rata menggunakan 800 liter minyak goreng per bulan, di mana sekitar 70 persennya atau sekitar 550 liter menjadi minyak jelantah.
Berdasarkan data BGN per November 2025, sudah ada 15.363 SPPG yang beroperasi di 38 provinsi dan melayani 44,3 juta penerima manfaat.
Skalanya akan terus membesar seiring dengan target pemerintah untuk membangun hingga 30 ribu SPPG di masa depan.
Jika target ini tercapai, pasokan minyak jelantah dari Indonesia bisa mencapai jutaan liter setiap bulannya, membuka peluang besar bagi industri bioavtur nasional.
Dengan 30 ribu SPPG kali 550 liter (minyak jelantah), berapa juta liter per bulan bisa digunakan untuk bioavtur, ucapnya.





:strip_icc()/kly-media-production/medias/4415626/original/066722200_1683210359-Ilustrasi_Insurance2.jpg)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3592913/original/069404800_1633414279-WhatsApp_Image_2021-10-05_at_13.06.35.jpeg)





