wmhg.org – Tertangkapnya 196 pelajar dalam aksi demo yang berujung ricuh di depan Gedung DPR RI mendapat respons dingin dari pemerintah. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Muti, memilih untuk cuci tangan dan enggan membahas motif di balik keterlibatan para siswa.
Alih-alih melakukan introspeksi, Mendikdasmen justru melempar tanggung jawab pengawasan kepada para guru dan kepala sekolah, seraya menegaskan bahwa tugas pelajar hanyalah belajar di kelas.
Kami akan terus mendalami ya berbagai hal itu… dan soal tadimotifnya apa dan sebagainya nanti biarlah aparatur keamanan yang menjelaskan, kata Muti di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (27/8/2025).
Sikap ini seolah menunjukkan bahwa kementeriannya tidak ingin terlibat dalam analisis akar masalah yang lebih dalam.
Ketika ditanya apakah ini berarti ada imbauan agar pelajar tidak lagi turun ke jalan, Muti tidak memberikan jawaban tegas. Ia hanya memberikan respons dingin yang menyiratkan bahwa tempat pelajar bukanlah di lokasi demonstrasi.
Ya kalau namanya pelajar itu ya pelajarlah gitu, pelajar di kelas, pelajar yang bermanfaat untuk masa depan mereka, ujar Muti.
Ia pun kembali menekankan agar para guru dan kepala sekolah lebih ketat dalam mengawasi anak didiknya.
Kami mengimbau kepada para guru, para kepala sekolah untuk memberikan perhatian dan pengawasan kepada murid-muridnya, tuturnya.
Respons dingin dari Mendikdasmen ini kontras dengan fakta mengkhawatirkan yang diungkap Polda Metro Jaya. Dari total 351 orang yang ditangkap, lebih dari separuhnya adalah anak-anak.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi, merinci bahwa ada196 anakyang diamankan. Mereka datang dari berbagai daerah penyangga seperti Tangerang, Bekasi, Depok, Bogor, bahkan ada yang nekat datang dariSukabumi.
Yang lebih memprihatinkan, dari hasil pemeriksaan, banyak dari mereka yang mengaku hanya ikut-ikutan karena ajakan di media sosial dengan niat untuk menonton.
“Kasihan mereka, harusnya belajar, ikut-ikutan mau nonton katanya ya,” tutur Ade Ary.