Beijing, wmhg.org Indonesia – Didi Chuxing, perusahaan transportasi online terbesar di China, pada hari Jumat (11/5/2018) mengumumkan penghentian salah satu layanannya, yang disebut ride-hitching, di China selama seminggu menyusul kasus tewasnya seorang penumpang.
Layanan hitch atau nebeng yang memungkinkan penumpang dan pengemudi bepergian bersama menuju tujuan yang sama akan mulai dihentikan hari Sabtu di seluruh penjuru negeri sementara Didi memulai pemeriksaan seluruh pengemudi, Reuters melaporkan.
Baca:
Uber China Ini Kejar Valuasi Rp 1.080 T, Caranya IPO
Didi pada hari Kamis meminta maaf atas kematian seorang penumpang perempuan yang tewas dibunuh sopirnya. Perusahaan itu juga mengatakan pihaknya harus kembali meraih kepercayaan pengguna setelah tragedi itu memicu perdebatan di media sosial China.
Penumpang perempuan muda itu tewas dibunuh di kota Zhengzhou pekan lalu. Kejadian itu membuat semua pihak menyoroti sistem keamanan penumpang Didi seiring raksasa transportasi online senilai US$50 miliar (Rp 700,7 triliun) itu ingin memperluas jangkauannya ke luar perbatasan China.
Didi sangat berduka dan meminta maaf atas tragedi itu, kata perusahaan dalam sebuah pernyataan resmi. Pihaknya juga menambahkan sudah meminta maaf kepada keluarga pramugari berusia 21 tahun yang dibunuh di perjalanan dari hotel bandara ke pusat kota.
Kami perlu mengambil langkah untuk meraih kepercayaan pengguna. Tanggung jawab kami terhadap kasus ini tidak bisa dipungkiri, kata Didi dalam sebuah keterangan resmi kepada Reuters.
Kasus itu memberi tantangan kepada Didi, pemain dominan di pasar transportasi online China, karena pihaknya berkompetisi dengan Uber Technologies Inc di luar negeri. Investor di balik Didi sendiri termasuk Apple Inc dari Amerika Serikat dan SoftBank Group Corp dari Jepang.
Didi adalah perusahaan transportasi online terbesar di dunia berdasarkan jumlah perjalanan berkat pangsa pasarnya yang kuat di China, di mana mereka memiliki 450 juta pengguna. Perusahaan itu melakukan lebih dari 7,4 miliar perjalanan tahun lalu, hampir dua kali lipat dari jumlah perjalanan Uber.
Uber menjual bisnisnya di China kepada Didi di tahun 2016. Sebagai gantinya, Uber mendapatkan 17,5% kepemilikan di perusahaan asal China yang juga melakukan investasi sebesar US$1 miliar di Uber itu.
Didi mengatakan sedang mencari pengendara pria bernama Liu Zhenhua untuk diinvestigasi, serta menawarkan hadiah mencapai 1 juta yuan (Rp 2,2 miliar) untuk siapapun yang memiliki informasi tentangnya. Reuters tidak dapat menghubungi Liu untuk dimintai komentar.
Pihak kepolisian juga mengatakan sedang melakukan pencarian tersangka pembunuhan dan akan bekerjasama dengan otoritas penegak hukum.
-
Kuasai Pasar, Perusahaan Jepang Kembangkan Taksi Online
-
Tantang Uber, Taksi Online China Ini Buka Layanan di Meksiko
Kepolisian Zhengzhou di timur-tengah provinsi Henan tidak memberi komentar langsung terkait pembunuhan, tetapi mendesak masyarakat untuk tidak berselisih dengan pengendara dan ditemani ketika melakukan perjalanan di malam hari dalam sebuah pemberitahuan di media sosial.
Pembunuhan itu memicu perdebatan panas di media sosial China dan segera menjadi topik paling dibicarakan di kanal microblog Weibo. Banyak masyarakat yang menunjukkan kekhawatiran mereka tentang keamanan.
Didi benar-benar harus meningkatkan supervisi internal; siapa yang akan menjamin keamanan kami? tulis seorang pengguna di kanal tersebut.