Jakarta – Di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, PT Finex Berjangka memandang kondisi pasar saat ini sebagai momentum strategis untuk mendorong edukasi dan partisipasi masyarakat dalam instrumen derivatif.
CEO Finex Agung Wisnuaji mengatakan, gejolak pasar yang ditandai dengan lonjakan harga emas hingga menembus level USD 3.700 per troy ons, menjadi bukti volatilitas tidak selalu identik dengan risiko.
BACA JUGA:IHSG Sepekan Naik 1,51%, Simak Daftar Top Gainers dan Top Losers 19-23 Mei 2025
BACA JUGA:Wall Street Tersungkur Usai Donald Trump Ancam Tarif ke Uni Eropa hingga Apple
BACA JUGA:Investor Asing Beli Saham Rp 2,13 Triliun, IHSG Naik 1,51% pada 19-23 Mei 2025
Baca Juga
-
Dolar AS Melemah Gara-Gara RUU Pajak Trump, Ini Deretan Saham yang Berpeluang Cuan
-
Sebelum Long Weekend, Simak Jadwal Cum Dividen pada 26-28 Mei 2025
-
Semen Indonesia Tebar Dividen 2024 Rp 648,15 Miliar
Pasar yang fluktuatif justru menawarkan peluang investasi dua arah, selama direspons dengan strategi yang tepat dan pemahaman yang memadai, ujar Agung, Sabtu (24/5/2025).
Meski sebagian investor global cenderung mengadopsi pendekatan konservatif cash is king, situasi saat ini juga membuka ruang bagi investor lokal untuk mengakses aset dengan valuasi yang lebih menarik, dia menekankan.
Adapun instrumen derivatif adalah kontrak keuangan yang nilainya bergantung atau diturunkan dari nilai aset acuan (underlying asset). Aset acuan tersebut dapat berupa saham, obligasi, komoditas, mata uang, indeks, atau instrumen keuangan lainnya.
Derivatif merupakan instrumen keuangan yang kompleks yang digunakan untuk berbagai tujuan, seperti lindung nilai (hedging), spekulasi dan arbitrase. Secara lebih spesifik, transaksi derivatif dapat didefinisikan sebagai perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk membeli atau menjual aset acuan pada waktu dan harga yang telah ditentukan di masa depan.