Jakarta – Ada penampilan berbeda dari rombongan jemaah haji Indonesia asal Kabupaten Gayo Lues, Aceh, pada Rabu malam, 21 Mei 2025. Di antara busana serba putih yang menutup kepala hingga ujung kaki, ada syal cantik terkalung di leher para jemaah.
Warna-warnanya mencolok, perpaduan merah, hijau tosca, dan kuning. Tenunan benangnya rapi, terjalin membentuk motif geometri di atas dasar kain hitam. Ada pula sedikit pola seperti salur khas Aceh di antara motif-motif geometri itu yang menggunakan benang putih.
BACA JUGA:Teks Khutbah Jumat 23 Mei 2025: Mengamalkan Ibadah Setara Haji ketika Belum Bisa ke Tanah Suci
BACA JUGA:BP Haji Wacanakan Pemangkasan Waktu Ibadah Haji Tahun Depan
BACA JUGA:Jemaah yang Belum Dapat Kartu Nusuk Diminta Lapor Ketua Kloter, Akses Berhaji Legal di Makkah
BACA JUGA:Koper Jemaah Haji Dibongkar Paksa Petugas Bandara Jeddah Gegara Bungkusan Mencurigakan, Ternyata Ini Isinya
Baca Juga
-
Panduan Lengkap Sunnah Idul Fitri dan Idul Adha untuk Sambut Hari Raya
-
Imigrasi Soetta Gagalkan Keberangkatan Ratusan Calon Haji Ilegal
-
Waspada! Ini Tips Cegah Penipuan Pendaftaran Haji Gratis yang Marak di Medsos
Ini kerawang. Kerawang Gayo. Kerawang Aceh pun ada, kerawang Takengon pun kan ada, tapi ini beda, kata Jawiriyah ketika petugas Media Center Haji (MCH) 2025 menanyainya.
Warna-warna mencolok itu lah menjadi ciri khas dari kerawang Gayo. Di keseharian, wastra kebanggaan masyarakat Gayo Lues itu biasa dipakai untuk busana pengantin.
Ibu asal Kecamatan Blangkejeren itu mengaku syal cantiknya disiapkan oleh ketua rombongan. Saya dan rombongan MCH 2025 kemudian mengalihkan pertanyaan kepada Abdul Kariman, Ketua Rombongan 10 Kloter BTJ 04.
Kepada kami, ia menjelaskan bahwa kain tersebut bukan disiapkannya secara pribadi melainkan oleh pemerintah daerah setempat. Syal itu diberikan saat melepas rombongan jemaah haji dari Gayo Lues sebelum terbang menuju Tanah Suci.
Bila dipakai kerawang Gayo ini kan nanti saya lebih mudah mengontrol daripada anggota, ia menjelaskan alasan penggunaan syal tersebut.