Jakarta – Angka kematian jemaah haji Indonesia terus bertambah. Data terbaru dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat, sebanyak 53 jemaah haji wafat di Tanah Suci hingga tanggal 23 Mei 2025.
Yang mengkhawatirkan, 19 dari total kematian tersebut disebabkan oleh serangan jantung, khususnya karena penyakit jantung iskemik akut dan shock cardiogenic.
BACA JUGA:Antisipasi Cuaca Panas Ekstrem Saat Wukuf Arafah, Jemaah Haji Dilarang Keluyuran di Luar Tenda
BACA JUGA:Bakti Sang Anak Lelaki dari Cirebon, Dampingi Ibunda Gantikan Ayah Berhaji Secara Mandiri pada 2025
BACA JUGA:4 Larangan yang Wajib Diketahui sebelum Berkurban, Jelang Idul Adha 2025
BACA JUGA:Begini Cara Jemaah Lansia dan Disabilitas Dapat Layanan Kursi Roda di Masjidil Haram via PPIH
Baca Juga
-
53 Jemaah Haji 2025 Wafat, Kemenkes Imbau Lansia Kurangi Ibadah Sunah Berisiko
-
Berapa Biaya Haji 2025? Berikut Rinciannya
-
Ada Anyaman Bambu Indonesia Penyejuk Suasana di Lounge Maktab Jemaah Haji di Mina
Data ini diperoleh dari Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan (Siskohatkes), yang memantau kondisi kesehatan jemaah setiap harinya.
Kemenkes menyoroti bahwa sebagian besar korban merupakan jemaah lanjut usia (lansia) dan mereka yang memiliki penyakit penyerta (komorbiditas).
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Liliek Marhaendro Susilo, menekankan pentingnya manajemen diri jelang puncak haji yang akan berlangsung di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) mulai 4 Juni 2025.
Menurutnya, para jemaah dengan risiko tinggi harus menghindari ibadah sunah yang menguras tenaga, seperti umrah berkali-kali, tawaf sunah, serta jalan kaki jauh ke Masjidil Haram maupun Masjid Nabawi.
Para jemaah, terutama yang lansia atau memiliki penyakit penyerta seperti jantung, hipertensi, dan diabetes, harus mengurangi ibadah sunah yang membutuhkan pengerahan tenaga ekstra, ujar Liliek seperti dikutip dari Sehat Negeriku pada Rabu, 28 Mei 2025.