Jakarta – Harga emas dunia memulai pekan ini dengan lonjakan tajam pada perdagangan hari Senin 21 April 2024 dengan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di level USD 3.430 per troy ons sebelum terkoreksi ke kisaran USD 3.419. Lonjakan ini terjadi di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar, menyusul komentar kontroversial dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang menyerang The Fed.
Seprti diketahui, pada akhir pekan lalu Presiden Trump menyerang independensi Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) dengan menyebut Ketua The Fed, Jerome Powell, sebagai pecundang besar karena lambat dalam menurunkan suku bunga. Pernyataan trump ini menjadi pemicu utama meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.
BACA JUGA:Emas dan Bitcoin Melonjak Bersama, Apa Artinya?
BACA JUGA:Harga Emas Antam Tembus Rp 2 Juta, Lagi-lagi Cetak Rekor Termahal
BACA JUGA:Harga Emas Cetak Rekor Termahal Lagi karena Kekhawatiran Perang Dagang, Sekarang Segini!
Baca Juga
-
Harga Emas Terus Cetak Rekor, Konsumen Mulai Jual Perhiasan
-
Gunung Emas Ternyata Cak Cuma di Pongkor dan Grasberg, Ini Lokasi Lainnya
-
Harga Emas Kembali Senggol Rekor Tertinggi, Intip Gerak Saham MDKA, ARCI, hingga ANTM
Pada perdagangan hari ini, Selasa (22/4/2025), harga emas sempat kembali menguat dan menyentuh level tertinggi baru di USD 3.450, mencerminkan respons pasar terhadap tekanan politik yang terus memanas di AS.
Permintaan bullion meningkat tajam seiring meningkatnya ketidakpercayaan pasar terhadap arah kebijakan moneter The Fed, yang dinilai terlalu berhati-hati dalam merespons tantangan ekonomi saat ini.
Analisis Dupoin Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, kombinasi candlestick yang terbentuk serta posisi indikator Moving Average menunjukkan tren bullish yang semakin solid pada harga emas dunia.
“Tekanan beli yang kuat masih mendominasi pasar. Jika tren ini berlanjut, maka proyeksi harga emas berpeluang menyentuh target psikologis berikutnya di level $3.500,” ujar Andy dalam keterangan tertulis, Selasa (22/4/2025).
Namun demikian, Andy juga mengingatkan adanya potensi koreksi teknikal jika harga gagal mempertahankan momentum bullish.
“Jika terjadi reversal, maka penurunan wajar berpotensi mengarah ke area support terdekat di USD 3.374,” tambahnya.