Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan perkembangan inflasi tahunan atau year-on-year (YoY) untuk berbagai kelompok pengeluaran pada Februari 2025. Secara tahunan pada Februari 2025 terjadi deflasi sebesar 0,09%.
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan ada tiga kelompok utama yang menunjukkan tren inflasi dan deflasi yang signifikan.
BACA JUGA: Harga Emas Turun ke Level Terendah Dua Minggu
BACA JUGA: Harga Bitcoin Anjlok, MicroStrategy Borong Bitcoin Rp 32,3 triliun
BACA JUGA: Mengapa Harga Pangan Selalu Naik Tiap Menjelang Ramadhan? Ini Biang Keroknya
BACA JUGA: VIDEO:Inflasi Kembali Menguat, Apa yang Bisa Dilakukan Trump dan the Fed?
Baca Juga
-
Daftar 33 Provinsi yang Deflasi di Februari 2025
-
Deflasi 0,48% pada Februari 2025, BPS Ungkap Biang Keroknya
-
Memahami Arti Deflasi, Berikut Dampak dan Cara Mengatasinya
Saya akan mendalami inflasi tahunan atau year-on-year untuk tiga kelompok pengeluaran, kata Amalia dalam konferensi pers, Senin (3/3/2025).
Pertama, kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi adalah kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau. Kelompok ini mengalami inflasi 2,25% dengan andil inflasi sebesar 0,66%.
Inflasi pada kelompok ini terutama didorong oleh beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga signifikan, seperti minyak goreng, sigaret kratek mesin, dan cabai rawit.
BPS mencatat, kenaikan harga minyak goreng menjadi salah satu faktor utama, diikuti dengan tingginya permintaan dan terbatasnya pasokan pada beberapa waktu terakhir.
Namun, di sisi lain, terdapat sejumlah komoditas yang mengalami deflasi seperti beras dan tomat, yang sedikit meredakan tekanan inflasi pada kelompok ini.
Di sisi lain, terdapat sejumlah komoditas yang mengalami deflasi seperti beras dan tomat, ujarnya.
Kelompok Kedua
Kedua, adalah kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga. Kelompok ini mengalami deflasi 12,08%, yang memberikan kontribusi deflasi sebesar 1,92%.
Deflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh adanya diskon tarif listrik yang diberlakukan oleh pemerintah, yang memberikan penurunan biaya pengeluaran rumah tangga. Dengan adanya penurunan tarif listrik, kelompok ini mengalami deflasi yang cukup signifikan.
Namun, di sisi lain, beberapa komoditas dalam kelompok ini justru mengalami inflasi. Kenaikan tarif air minum di beberapa kota kabupaten, biaya sewa rumah, bahan bakar rumah tangga, dan biaya kontrak rumah turut memberikan tekanan terhadap kelompok ini.
Sehingga kalau kita agregasikan, kelompok ini mengalami deflasi 12,08% yaitu kelompok perumahan, air listrik, dan bahan bakar rumah tangga, ujarnya.