Jakarta Penggunaan fasilitas kredit Buy Now Pay Later (BNPL) di perbankan Indonesia terus mengalami peningkatan signifikan. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyampaikan bahwa per April 2025, outstanding kredit BNPL mencapai Rp21,35 triliun, naik 26,59 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Per April 2025, baki debet kredit BNPL sebagaimana dilaporkan dalam SLIK, tumbuh 26,59 persen yoy (Maret 2025: 32,18 persen yoy) menjadi Rp21,35 triliun, dengan jumlah rekening mencapai 24,36 juta, kata Dian dalam konferensi pers RDKB OJK, ditulis Selasa (3/6/2025).
Meskipun porsi kredit BNPL masih relatif kecil yakni 0,27 persen dari total kredit perbankan, tren pertumbuhan tahunan yang tinggi menunjukkan bahwa produk ini semakin diminati masyarakat. Adapun OJK mencatat jumlah rekening BNPL sebanyak 24,36 juta pada April 2025.
Porsi kredit Buy Now Pay Later (BNPL) perbankan tercatat sebesar 0,27 persen dari total kredit perbankan, namun terus mencatatkan pertumbuhan yang tinggi secara tahunan, ujarnya.
Dian Ediana Rae juga melaporkan bahwa kinerja intermediasi perbankan secara umum tetap stabil dengan profil risiko yang terjaga. Total kredit perbankan tumbuh 8,88 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp7.960,94 triliun.
Kredit investasi mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 15,86 persen, diikuti oleh kredit konsumsi sebesar 8,97 persen, dan kredit modal kerja tumbuh 4,62 persen.
Bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit dengan kenaikan 8,82 persen yoy. Dari sisi jenis debitur, kredit korporasi tumbuh 12,77 persen sementara kredit UMKM naik 2,60 persen. Khusus kredit usaha kecil bahkan mengalami pertumbuhan tertinggi yakni 9,48 persen, mencerminkan fokus perbankan pada pemulihan kualitas kredit UMKM.