Jakarta – Ada banyak miliarder dan bintang pop di dunia, tetapi hanya ada satu Taylor Swift. Ia bukan sekadar menjual album – timnya berhasil menciptakan sebuah ekosistem ekonomi raksasa yang mencakup segalanya, mulai dari penjualan kaset hingga tingkat hunian hotel di kota-kota tempatnya tampil.
Swift adalah sosok serba bisa: penyanyi global, produser film, dan kini juga menjadi bagian dari dunia NFL berkat pertunangannya dengan bintang Kansas City Chiefs, Travis Kelce. Sejak 2023, Swift resmi menyandang status miliarder.
Pada Jumat lalu, Swift merilis album studio ke-12 berjudul “The Life of a Showgirl” bersamaan dengan film konser terbarunya. Keduanya diperkirakan akan kembali menambah pundi-pundi kekayaannya hingga jutaan – bahkan miliaran dolar.
Menurut Bloomberg Billionaires Index, kekayaan Swift melonjak hingga menembus USD 2,1 miliar, naik sekitar USD 1 miliar dalam dua tahun terakhir. Kenaikan ini didorong oleh performa pasar, pendapatan masif dari tur Eras Tour dan film konsernya, serta keberhasilannya membeli kembali hak master untuk seluruh album awalnya.
Berbeda dari kebanyakan selebritas, Swift menjadikan strategi bisnis cerdas sebagai bagian dari identitasnya. Ia berada di garda terdepan dalam mengubah sistem industri musik, di mana selama ini eksekutif di balik layar kerap menerima porsi keuntungan terbesar.
Taylor datang dan berkata, ‘Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku akan mengubah industri ini,’” ujar Drew Nobile, profesor musik dari University of Oregon, kepada CNN. “Dari situlah istilah Swiftonomics lahir.”