Jakarta – Momentum perayaan Hari Raya Idul Adha diperkirakan berpotensi memberikan dorongan konsumsi domestik, terutama di sektor makanan dan minuman, transportasi, dan jasa keagamaan.
Meskipun dampaknya tidak sebesar momen Ramadan-Idulfitri, ekonom Permata Bank, Josua Pardede melihat bahwa konsumsi daging, aktivitas perjalanan domestik (mudik lokal), serta kegiatan sosial-keagamaan seperti kurban dan sedekah tetap menstimulasi ekonomi.
“Apalagi, pemerintah juga menggelontorkan stimulus sejak 5 Juni yang meliputi diskon transportasi, listrik, bansos, hingga subsidi upah. Kombinasi ini bisa menjadi faktor penopang untuk menjaga laju pertumbuhan ekonomi kuartal II agar tetap mendekati target 5%, setelah pada kuartal I hanya tumbuh 4,87% yoy,” ungkap Josua kepada www.wmhg.org di Jakarta, dikutip Senin (2/6/2025).
Namun, Josua memperkirakan daya beli belum sepenuhkan akan pulih pada momen Idul Adha.
Ia mengutip Survei Konsumen pada April 2025 dari Bank Indonesia, dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mengalami penurunan dari 127,3 di Maret menjadi 124,4 di April, menandakan optimisme konsumen mulai melemah, terutama pada kelompok pendapatan menengah ke bawah.
Adapun Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (Durable Goods) dan Indeks Ekspektasi Penghasilan yany juga menurun, mencerminkan tekanan pada daya beli menjelang pertengahan tahun.
Selain itu, pertumbuhan penjualan eceran secara tahunan hanya 1,01% (yoy) pada Maret, yang mengindikasikan konsumsi belum sepenuhnya pulih .
“Maka, menjelang Idul Adha, kondisi daya beli tampak masih melemah, terutama karena tekanan inflasi pangan yang masih terjadi,” jelasnya.
“Melihat melemahnya keyakinan dan daya beli rumah tangga, sangat tepat jika pemerintah mempertimbangkan tambahan stimulus atau perluasan cakupan dari paket yang sudah ada untuk menyasar momen Idul Adha,” imbuhnya.