Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan bahwa gejolak geopolitik global sejak awal tahun 2025 telah memicu penurunan permintaan minyak dunia, yang berdampak langsung pada pergerakan harga minyak mentah internasional.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa saat pemerintah menyusun APBN 2025 bersama DPR, khususnya Komisi VII yang membidangi sektor energi, telah disepakati asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) berada di level USD82 per barel.
Angka ini sama dengan asumsi pada APBN 2024 dan didasarkan pada optimisme terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global yang saat itu diperkirakan mencapai di atas 3 persen.
Melihat supply demand waktu itu sebelum APBN disetujui DPR, suasana dunia yang lebih optimis 2025 growth-nya diatas 3 persen dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang cukup tinggi maka diasumsikan harga minyak akan terjaga di USD82 per barel, kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Rabu (30/4/2025).
Namun, kata Menkeu, perkembangan global yang terjadi sejak awal tahun ini menunjukkan arah yang berbeda. Serangkaian konflik geopolitik dan ketegangan internasional menciptakan ketidakpastian besar yang berdampak pada pasar energi dunia.
Di antaranya, perang yang terus berlangsung di Timur Tengah, ketegangan di Suriah, eskalasi konflik antara Rusia dan Ukraina, serta kebijakan tarif balasan atau reciprocal tariffs yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Semuanya menunjukkan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi yang cenderung melemah di dunia, ujarnya.