Jakarta – Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat, menilai pergantian Menteri Keuangan (Menkeu) dari Sri Mulyani Indrawati ke Purbaya Yudhi Sadewa menjadi salah satu peristiwa penting dalam arah kebijakan ekonomi nasional.
Achmad menilai hampir dua dekade, nama Sri Mulyani identik dengan kredibilitas fiskal. Di bawah kepemimpinannya, defisit selalu dijaga ketat, bahkan di tengah tekanan global akibat pandemi hingga gejolak geopolitik.
Sopir lama (Sri Mulyani) dikenal piawai memilih gigi dan menahan rem, itulah reputasi Sri Mulyani dalam menjaga kredibilitas fiskal, kata Achmad dalam keterangannya dikutip www.wmhg.org, Selasa (9/9/2025).
Menurut Achmad, warisan terbesar Sri Mulyani adalah menanamkan disiplin fiskal sebagai fondasi utama APBN. Bagi pasar, reputasi tersebut menjadi jaminan bahwa Indonesia tetap konsisten menjaga defisit. Hal ini memberi kepercayaan internasional yang mendukung stabilitas nilai tukar dan arus investasi.
Namun, di balik reputasi itu, terdapat kritik bahwa ruang fiskal kerap terasa sempit untuk mendukung agenda industrialisasi dan program prioritas rakyat. Keseimbangan antara kehati-hatian dan akselerasi menjadi dilema yang diwariskan kepada penerusnya.
Kini, dengan ekspektasi pertumbuhan 8 persen yang dicanangkan Presiden Prabowo, warisan disiplin fiskal Sri Mulyani akan diuji relevansinya ketika kebutuhan belanja sosial dan produktif semakin besar.
Kini sopir berganti di tengah turunan, sementara penumpang bertambah karena program-program prioritas. Bisakah Indonesia berlari ke pertumbuhan 8% setelah Presiden Prabowo mengganti Sri Mulyani Indrawati dengan Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan? ujarnya.