Jakarta – Zaman modern seperti sekarang, keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi hal yang paling dicari bahkan lebih penting daripada gaji besar ataupun jabatan tinggi.
Bagi banyak pekerja muda, terutama Generasi Z dan milenial, fleksibilitas dan waktu luang menjadi syarat mutlak. Mereka tak ragu meninggalkan pekerjaan yang tidak memberikan hal itu.
Namun, bagaimana jika justru dorongan untuk mencari “work-life balance” menjadi tanda Anda berada dalam pekerjaan yang keliru?
Lucy Guo, seorang miliarder berusia 30 tahun sekaligus salah satu pendiri Scale AI mengatakan “Jika Anda selalu ingin pulang tepat waktu untuk ‘menikmati hidup’, mungkin Anda belum menemukan pekerjaan yang benar-benar Anda cintai.”
Wanita kelahiran 1995 itu memilih keluar dari bangku kuliah dan membangun kekayaannya di industri teknologi, ia mengaku rutinitas hariannya sangat padat. Dimulai dari bangun pukul 05:30 pagi dan dilanjutkan dengan bekerja hingga tengah malam, tetapi hal itu tidak pernah terasa seperti beban pekerjaan baginya justru ia merasa senang melakukan pekerjaannya.
Seorang milenial sukses ini telah melampaui Taylor Swift sebagai wanita termuda yang meraih kesuksesan luar biasa, menurut daftar terbaru Forbes. Kepemilikan saham sebesar 5% di perusahaan teknologi Scale AI yang masih ia pegang meski telah mundur dari jabatannya kini diperkirakan bernilai sekitar USD 1,2 miliar atau sekitar Rp 19,5 triliun (estimasi kurs Rp 16.300 per USD).
Meskipun bekerja selama 90 jam dalam seminggu, Lucy Guo mengaku masih bisa menghabiskan waktu selama satu hingga dua jam bersama keluarga dan teman karena baginya menyediakan waktu bukan berarti lari dari pekerjaan. “Kita harus selalu bisa menyisihkan waktu untuk itu, seberapa sibuk pun kita,” tuturnya.