Jakarta – Shutdown pemerintahan terpanjang dalam sejarah Amerika Serikat (AS) kini telah berada di ambang akhir. Senat AS pada Minggu malam waktu setempat mengambil langkah penting untuk membuka kembali pemerintahan setelah delapan anggota Partai Demokrat mencapai kesepakatan dengan pimpinan Partai Republik terkait rancangan undang-undang pendanaan.
Shutdown yang telah berlangsung lebih dari sebulan itu memberikan dampak yang terasa luas. Dikutip dari Yahoo Finance, Selasa (11/11/2025), ratusan ribu pegawai federal tidak menerima gaji, bandara mengalami kekurangan staf, hingga terhentinya berbagai program bantuan pangan penting bagi masyarakat AS.
BACA JUGA:Nasib Harga Emas Jelang Rilis Data Ekonomi AS Pasca Berakhirnya Shutdown
BACA JUGA:Harga Emas Dunia Melonjak di Tengah Keyakinan Berakhirnya Shutdown Pemerintahan AS
BACA JUGA:Shutdown Pemerintah AS Segera Berakhir, Begini Gerak Harga Kripto
BACA JUGA:Harga Minyak Melonjak Hari Ini, Shutdown AS Segera Berakhir
BACA JUGA:40 Bandara di AS Pangkas Penerbangan Buntut Shutdown, Apa yang Perlu Diketahui Penumpang?
Menurut laporan terbaru dari EY Parthenon, penutupan pemerintahan ini menghapus hampir satu bulan pertumbuhan ekonomi normal AS.
Shutdown ini telah memangkas sekitar 0,8 poin persentase dari pertumbuhan PDB kuartalan, setara dengan kerugian output sekitar USD 55 miliar atau Rp 919,22 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah 16.713), ujar Kepala Ekonom EY Parthenon,Gregory Daco.
Dilansir dari Yahoo Finance, Daco menambahkan, perpanjangan masa shutdown setiap satu minggu diperkirakan timbulkan kerugian hingga USD 7 miliar atau Rp 117,02 triliun dan mengurangi pertumbuhan PDB sebesar 0,1 poin persentase.
Jika shutdown ini berlangsung hingga dua bulan, gangguan ekonomi yang lebih besar bisa terjadi, terutama akibat penghentian bantuan pangan SNAP dan penurunan aktivitas perjalanan udara.
Daco memperkirakan kondisi tersebut dapat memangkas pertumbuhan ekonomi AS hingga 1,8–2,0 poin persentase.
Gangguan Data Ekonomi dan Risiko Jangka Panjang
Selain menekan pertumbuhan ekonomi, shutdown juga mengganggu arus data ekonomi resmi yang menjadi acuan bagi pelaku pasar dan pembuat kebijakan. Investor kini kesulitan menilai kondisi ekonomi aktual karena laporan penting seperti data ketenagakerjaan, inflasi, pengeluaran konsumen, perumahan, dan perdagangantertunda untuk dirilis.Â




:strip_icc()/kly-media-production/medias/5366601/original/054107200_1759246878-Untitled.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5408457/original/061211100_1762783609-41375108-733a-482f-8fda-c8a559e037eb.jpeg)

:strip_icc()/kly-media-production/medias/3271752/original/024896400_1603102550-20201019-Harga-Emas-Hari-Ini-Stabil-2.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5408677/original/077090800_1762830008-536f9b46-0bf9-46c9-85e4-3d751da3c66d.jpeg)




:strip_icc()/kly-media-production/medias/3271756/original/069996900_1603102551-20201019-Harga-Emas-Hari-Ini-Stabil-4.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5395181/original/005131300_1761661117-4c44bfc5-0243-4d6c-adf8-c3863b4bba59__1_.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5339216/original/084284400_1757046083-WhatsApp_Image_2025-09-05_at_10.53.52__1_.jpeg)