Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat 28 poin atau 0,17% menjadi 16.262 pada perdagangan Rabu, (13/8/2025) dari semula 16.290.
Analis Bank Woori Saudara Rully menuturkan, rupiah menguat terhadap dolar AS karena data inflasi Amerika Serikat yang di bawah harapan pasar.
Ia prediksi, rupiah akan bergerak di kisaran 16.200-16.300 pada perdagangan Rabu pekan ini karena faktor global. “Penurunan indeks dolar yang dipicu oleh data inflasi AS yang di bawah ekspektasi pasar,” ujar Rully seperti dikutip dari Antara.
Tingkat inflasi tahunan di AS mencapai 2,7% pada Juli 2025, di bawah ekspektasi pasar sebesar 2,8%. Tingkat inflasi bulanan mencapai 0,2%, demikian mengutip Anadolu.
Rully menuturkan, capaian data inflasi tersebut bisa menjadi pertimbangan Federal Reserve (The Fed) untuk memperbaiki pasar tenaga kerja AS yang sempat melemah melalui penurunan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada September tahun ini.
“Penguatan pasar tenaga kerja yang juga menjadi mandat bagi The Fed akan menjadi hal yang sangat mendesak bagi The Fed melalui penurunan suku bunga,” kata Rully.
Melihat dari faktor domestik, penguatan kurs rupiah dipengaruhi harapan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pekan depan, meningkatkan minat pelaku pasar asing terhadap obligasi negara.
“Potensi penurunan suku bunga BI sebesar 25 bps (basis points) menjadi 5 persen, sementara minat investor terhadap obligasi negara dapat terlihat pada lelang kemarin sebesar Rp162 triliun, naik 50 persen dari lelang sebelumnya,” ujar dia.