Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) turun tipis atau 0,01% menjadi 16.391 pada perdagangan Rabu (5/8/2025) dari sebelumnya 16.390 per dolar AS.
Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra menilai pelemahan nlai tukar rupiah terhadap dolar AS dipengaruhi pertumbuhan data Institute of Supply Management (ISM) dan S&P Amerika Serikat (AS) per Juli 2025.
Data ISM dan S&P mengenai sektor jasa atau nonmanufaktur AS bulan Juli yang dirilis semalam, masih memperlihatkan pertumbuhan atau ekspansi,” kata dia seperti dikutip dari ANTARA di Jakarta, Rabu.
Tercatat, data ISM nonmanufaktur prices sebesar 69,9 dari perkiraan 66,5, ISM nonmanufaktur Purchasing Managers Index (PMI) 50,1 dari dugaan 51,5, S&P Global Services PMI 55,7 dari prediksi 55,2, serta S&P Global Composite PMI 55,1 dari ekspektasi 54,6.
Ariston menuturkan, capaian itu menunjukkan resiliensi ekonomi AS terhadap masalah kenaikan tarif AS. “Hasil ini bisa memicu penguatan dolar AS hari ini,” kata dia.
Di sisi lain, rencana pengenaan tarif baru ke sektor lain seperti cip dan obat oleh AS disebut bisa memberikan sentimen, sehingga pasar masuk ke aset aman di dolar AS.
Mengutip Anadolu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana mengenakan tarif pada produk farmasi dengan pungutan yang akan mencapai 250 persen dalam beberapa tahun ke depan untuk mendorong produk domestik. Selain itu, dirinya menyampaikan bakal mengumumkan tarif baru untuk semikonduktor dan cip pada pekan depan.
“Potensi pelemahan rupiah ke arah Rp16.500, dengan potensi \’support\’ di sekitar Rp16.350 hari ini,” kata Ariston.