Jakarta – Rusia angkat suara dalam perselisihan antara India dan Amerika Serikat yang semakin memanas, dengan menyatakan New Delhi memiliki hak penuh untuk menentukan mitra dagangnya sendiri pada Selasa, 5 Agustus 2025.
Perselisihan bermula dari kebijakan impor minyak Rusia oleh India, yang memicu kemarahan para pemimpin Washington. Presiden AS Donald Trump bahkan mengancam akan memberlakukan tarif yang jauh lebih tinggi jika India tetap membeli minyak dari Rusia. Demikian mengutip dari CNBC, Rabu (6/8/2025).
Kremlin, yang sebelumnya memilih diam meski menjadi mitra dagang utama India, akhirnya menanggapi ancaman tersebut dengan menyebut bahwa langkah Trump adalah “upaya untuk memaksa negara-negara menghentikan hubungan dagang dengan Rusia.”
Kami tidak menganggap pernyataan tersebut sah,” lanjut sekretaris pers Kremlin Dmitry Peskov, kepada wartawan pada Selasa.
Rusia menyatakan setiap negara berdaulat memiliki hak untuk menentukan sendiri mitra dagang serta pola kerja sama ekonominya, sesuai dengan kepentingan nasional masing-masing.
Sementara itu, ketegangan antara Presiden AS Donald Trump dan India menjadi sorotan para investor, setelah Trump pada Senin, 4 Agustus mengancam akan menaikkan tarif secara substansial terhadap India, meskipun tidak merinci besaran kenaikannya. Sebelumnya, ia juga telah mengancam akan memberlakukan bea masuk sebesar 25 persen terhadap ekspor India, disertai ancaman denda yang belum dijelaskan secara rinci.
Trump turut menuding India membeli minyak dari Rusia dengan harga diskon, lalu menjualnya kembali di pasar terbuka demi meraup keuntungan besar. Dilansiar dari wawancara dengan program “Squawk Box” CNBC pada hari Selasa, ia mengatakan bahwa tarif terhadap India bisa dinaikkan melebihi angka 25 persen dalam waktu 24 jam.
“India bukanlah mitra dagang yang baik … jadi kami sepakat pada 25 persen, tetapi saya pikir saya akan menaikkannya secara substansial dalam 24 jam ke depan, karena mereka membeli minyak Rusia, mereka mendanai mesin perang, dan jika mereka akan melakukan itu, saya tidak akan senang,” kata Trump.