Jakarta – Perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China memanas. Dua negara tersebut saling “serang” tarif setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan penerapan tarif impor dan tarif resiprokal atau timbal balik pada 2 April 2025.
Mengutip CNN, Jumat (11/4/2025), Presiden China Xi Jinping mengatakan, pihaknya “tidak takut” hadapi perang dagang yang meningkat dengan Amerika Serikat. Hal ini seiring China menaikkan tarif barang AS menjadi 125%.
Kenaikan tarif itu merupakan terbaru dalam perang saling balas tarif antara AS dan China setelah Presiden AS Donald Trump kerek tarif terhadap China jadi 145%.
Namun, China beri sinyal tidak berniat menaikkan tarif lebih tinggi dari 125%. Hal ini seiring pernyataan tidak ada arti terlibat dalam eskalasi atau ketegangan lebih lanjut.
“Pemberlakuan tarif yang sangat tinggi secara berturut-turut terhadap China oleh AS telah menjadi tidak lebih dari sekadar permainan angka, tanpa signifikasi ekonomi yang nyata,” kata Juru Bicara Kementerian Perdagangan China dalam sebuah pernyataan Jumat pekan ini.
“Hal itu hanya semakin mengungkap praktik AS yang menjadikan tarif sebagai senjata sebagai alat intimidasi dan pemaksaan, yang menjadikannya bahan candaan,” demikian dikutip.
Perang dagang antara dua negara adikuasa ekonomi dunia tersebut telah menghancurkan pasar internasional dan memicu kekhawatiran akan resesi global. Ketika negara-negara lain berebut untuk bernegosiasi dengan Donald Trump, China tetap teguh menentang apa yang disebutnya sebagai perundungan sepihak oleh AS.
Berbicara kepada Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez di Beijing pada Jumat sebelum pengumuman pungutan baru, Xi mengatakan kalau tidak ada pemenang saat perang dagang.
Tidak ada pemenang dalam perang dagang, dan melawan dunia hanya akan menyebabkan isolasi diri,” kata Xi Jinping.
Selama lebih dari 70 tahun, pembangunan China bergantung pada kemandirian dan kerja keras, tidak pernah pada pemberian dari orang lain, dan tidak takut akan penindasan yang tidak adil, kata Xi.