Jakarta – Ekonom sekaligus Direktur Ekonomi CELIOS (Center of Economic and Law Studies), Nailul Huda, menyebut jika kondisi politik dan sosial terus memanas, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bisa lebih rendah dari prediksi lembaga internasional yang mematok sekitar 4,7 persen.
Pertumbuhan ekonomi saya rasa akan jauh lebih rendah dibandingkan prediksi lembaga internasional (sekitar 4,7 persen). Tentu dengan asumsi pemerintah tidak otak atik data ekonomi seperti yang dilakukan di triwulan II 2025, kata Huda kepada www.wmhg.org, Senin (1/9/2025).
Menurut Huda, proyeksi optimistis pemerintah sulit tercapai bila situasi keamanan dan stabilitas politik tidak segera dipulihkan. Investasi yang menjadi motor penggerak pertumbuhan akan tertahan, bahkan sebagian bisa lari ke luar negeri. Kondisi ini tentu memperburuk daya saing ekonomi Indonesia di tengah kompetisi global yang semakin ketat.
Ekonomi Indonesia akan lebih melambat ketika tidak ada investasi masuk, dunia usaha juga waswas dampak demo makin meluas. Investasi pasti akan berkurang, ketersediaan lapangan kerja akan terbatas, ujarnya.
Ia juga menyoroti inkompetensi pemerintah dalam menghadapi aksi-aksi protes yang seharusnya bisa dicegah sejak awal. Ketidakmampuan pemerintah menjaga kondusivitas justru memperbesar beban sosial-ekonomi yang harus ditanggung masyarakat.
Daya beli masyarakat bisa turun akibat inkompetensi pemerintah dalam menghadapi gelombang protes ini, ujarnya.