Jakarta Keberhasilan menyelesaikan negosiasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) dengan Uni Eropa dinilai sebagai langkah strategis yang memperluas ruang gerak ekonomi Indonesia, terutama di tengah situasi global yang semakin tidak menentu dan tekanan dari Amerika Serikat (AS).
Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia Ali Rif’an menyatakan bahwa perjanjian ini menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk mendiversifikasi mitra dagangnya dan keluar dari ketergantungan historis pada satu kutub kekuatan ekonomi dunia.
“Prabowo menembus kebuntuan negosiasi CEPA yang sudah berlangsung lebih dari 10 tahun. Ini bukan sekadar pencapaian diplomasi, tetapi juga sinyal bahwa Indonesia sedang membangun arsitektur ekonomi luar negerinya secara lebih aktif dan berani,” ujar Ali dalam keterangannya, Senin (14/7/2025).
Dalam pernyataan di Brussels, Prabowo menyebut bahwa hampir seluruh tarif antara Indonesia dan Uni Eropa kini disepakati menjadi 0 persen.
Ali menilai, di tengah ketidakpastian ekonomi global dan tekanan dari Amerika Serikat, langkah Prabowo membuka pasar ke Eropa adalah bentuk strategi yang matang. Pasar Uni Eropa dengan 460 juta penduduk dan GDP yang sangat besar, kata dia, menjadi poros baru yang bisa dimanfaatkan Indonesia secara maksimal.
“Dengan CEPA, Indonesia tidak lagi hanya bergantung pada satu kekuatan besar seperti AS. Ini penting untuk kemandirian ekonomi kita di tengah gejolak geopolitik,” ujar Ali.