Jakarta – Ekonom sekaligus Direktur Ekonomi CELIOS, Nailul Huda menilai, langkah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang akan menarik dana Rp 200 triliun dari Bank Indonesia (BI) untuk perbankan berisiko memicu inflasi.
Apakah ada dampaknya? Tentu ada ketika guyuran uang ini tidak terserap, maka bisa terjadi inflasi. Ketika perputaran ekonomi masih lambat, namun guyuran uang dilakukan, maka yang terjadi bukan ke ekonomi, tapi inflasi, kata Nailul Huda Kepada www.wmhg.org, Jumat (12/9/2025).
Dia menilai, strategi tersebut belum tentu efektif karena masalah utama perekonomian saat ini bukan pada suplai, melainkan lemahnya permintaan. Nailul menjelaskan, ketika permintaan kredit dari dunia usaha sedikit, bagi perbankan akan lebih mudah menyalurkan ke sektor multiguna, termasuk konsumsi.
Di sisi lain, uang di masyarakat naik, tapi produksinya masih melambat maka akan terjadi demand lebih tinggi dibandingkan supply. Yang terjadi adalah kenaikan harga barang. Ini yang berbahaya ketika perencanaan guyur uang ini tidak matang, ujarnya.
Ia menjelaskan, meskipun Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan dari 6% di akhir 2024 menjadi 5%, penyaluran kredit masih melambat. Pertumbuhan kredit bahkan hanya sekitar 6%, jauh di bawah yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa dunia usaha maupun masyarakat belum agresif mengambil pinjaman meski bunga kredit turun.