Jakarta Selain Indonesia, Malaysia termasuk negara di Asia Tenggara yang mendapatkan besaran tarif impor dari Presiden Donald Trump sebesar 19%. Dari sebelumnya, negara ini dikenakan tarif sebesar 25%.
Namun ternyata kesepakatan Malaysia dengan Amerika Serikat (AS) ini tidak memuaskan Perdana Menteri Malaysia selama 23 tahun, Mahathir Mohamad.
Melalui akun instagram @chedetofficial, Jumat (8/8/2025), dia menyampaikan kritikan terhadap kebijakan pemerintah negaranya terkait tarif Trump.
Dia menuturkan, sebagai bentuk timbal balik, dalam kesepakatan kedua negara, Malaysia akan menghapus pajak 11.000 produk AS yang akan masuk ke negara jiran tersebut.
Pemerintah tampaknya senang dengan kesepakatan yang telah mereka negosiasikan dengan Trump. Apa kesepakatannya? Sebagai imbalan atas pengurangan tarif AS dari 25% menjadi 19%, Malaysia menghapuskan semua pajak atas 11.000 produk AS yang masuk ke Malaysia, ujar dia akun instagram @chedetofficial.
Tak hanya itu, Trump juga meminta mineral mentah Logam Tanah Jarang (LTJ) atau Rare Earth Element (RRE) yang kemudian disetujui Perdana Menteri saat ini untuk dipasok.
Padahal, menurut dia, tanah jarang sebagai komoditas tanah jarang saat ini hanya menghasilkan sedikit uang. Nilainya hanya 5% dari total nilai material. Malaysia harus mengolah tanah jarang dan mengekstrak unsur-unsur di dalamnya karena keuntungannya akan 30 kali lebih tinggi daripada hanya tanah jarang.
Mengapa Malaysia begitu bodoh hanya menerima 5% dari nilai tersebut padahal kita bisa mendapatkan lebih banyak lagi?, tanya Mahathir.
Dia mengatakan, kesepakatan tarif Trump sangat tidak menguntungkan Malaysia. Mengenai 11.000 produk tersebut, kita menghapuskan 100% pajak kita. Untuk ini, kita hanya mendapatkan pengurangan tarif AS sebesar 6% (dari 25% menjadi 19%). Itu bukan kesepakatan yang baik, tegas dia.