Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong kepastian kerjasama hilirisasi di sektor kelautan dengan beberapa negara seperti China dan Korea Selatan.
Hal itu turut digaungkan oleh delegasi KKP pada forum Our Ocean Conference (OOC) ke-10 pada 28-30 April 2025 di Busan, Korea Selatan.
Direktur Jenderal Penataan Ruang Laut KKP Kartika Listriana mengatakan, dalam forum tersebut delegasi Indonesia tidak secara langsung melakukan kesepakatan. Namun, indikasinya sudah ada.
Kita sebenarnya sedang menjajaki juga beberapa kerjasama dengan beberapa negara terkait. Misalnya dengan China, mungkin juga nanti ada dengan Korea itu sendiri, dan beberapa negara strategis yang sudah mengajak diskusi, ujarnya dalam sesi konferensi pers di Gedung Mina Bahari IV KKP, Jakarta, Rabu (7/5/2025).
Meskipun secara khusus belum melahirkan kesepakatan yang mengikat, KKP tetap melakukan follow up kepada beberapa negara terkait rencana keterlibatan dalam program hilirisasi di sektor kelautan.
Secara umum kita membuka adanya kerjasama dan pengembangan hilirisasi ini. Karena hilirisasi ini juga platform ekonomi biru kita juga kan, dan juga sesuai dengan RPJMN, ungkapnya.
Percepatan Hilirisasi Kelautan dan Perikanan
Terpisah, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mendorong percepatan hilirisasi sektor kelautan dan perikanan nasional. Dia menyebut, ada sejumlah komoditas unggulan yang dimiliki Indonesia, yakni rumput laut, ikan tuna, cakalang, tongkol, udang, rajungan, tilapia, dan garam.
Indonesia adalah produsen tuna, cakalang, dan tongkol terbesar di dunia, dengan produksi mencapai 1,5 juta ton per tahun. Ini potensi besar yang harus kita olah, kata Gibran dikutip dari kanal News www.wmhg.org.
Demi merealisasikan hilirisasi, Gibran menyoroti sejumlah tantangan seperti kebutuhan kawasan industri yang lengkap dengan cold storage, akses permodalan bagi nelayan dan UMKM, penggunaan teknologi efisien dan ramah lingkungan, serta pemberantasan illegal fishing.