Jakarta – Kementerian Koordinator Bidang Pangan meramu sederet strategi untuk meningkatkan produksi beras nasional. Hal ini sekaligus menghilangkan ketergantungan akan impor beras.
Staf Ahli Bidang Transformasi Digital dan Hubungan Antar Lembaga, Kemenko Pangan, Bara Krishna Hasibuan menjelaskan Indonesia pernah harus mengimpor beras imbas produksinya tak menutup kebutuhan nasional.
Kita mengidentifikasi langsung, kenapa misalnya, produksi kita itu terus menerus turun, atau stuck. Jadi, konsumsi beras kita setiap tahun itu rata-rata, 32 juta ton ya, sedangkan produksi kita itu 31 juta ton. Jadi memang kita short itu 1 jutaan ya, kadang-kadang 1 juta, 1,5 jutaan. Nah memang kita harus impor setiap tahun, ungkap Bara dalam Indonesia Connect by Liputan6, di SCTV Tower, Jakarta, Jumat (20/6/2025).
Hanya saja, impor yang dilakukan tersebut tak sebatas untuk menutup kekurangan dari kebutuhan konsumsi nasional. Namun, diperlukan juga untuk menambah pasokan bagi cadangan beras pemerintah (CBP).
Jadi kalau ada apa-apa, kita bisa melakukan operasi pasar dan segala macam, kalau ada krisis, ada apa, kekeringan dan segala macam, itu mengantisipasi produksi bisa turun juga. Nah kita antisipasi, ucapnya.
Bara mengungkapkan, di bawah koordinasi Kemenko Pangan, produksi beras nasional bisa meningkat di paruh pertama 2025 ini. Hasilnya, 4 juta ton beras berhasil masuk dalam CBP yang dikuasai Perum Bulog.
Nah di sinilah fungsi dari Kemenko Pangan. Kita melakukan koordinasi, tentu kuncinya the key adalah, kita harus bisa melakukan boost the production, produksi dari pertanian kita, tegas dia.
Pemerintah berupaya meningkatkan produksi beras nasional.