Jakarta Popularitas aplikasi belanja makanan dan minuman online terus meningkat di tengah gaya hidup masyarakat yang semakin dinamis. Tak hanya memberi kemudahan bagi konsumen, kehadiran platform untuk jajan online ini juga membuka peluang besar bagi para pelaku usaha kuliner, mulai dari usaha rumahan hingga restoran besar.
Namun di balik kemudahan tersebut, ternyata juga berpotensi membuat pengeluaran menjadi tidak terkendali dan konsumtif. Lantas belanja makan dan minuman melalui aplikasi online membuat konsumen jadi lebih boros atau justru lebih hemat?
Terkait hal ini, Perencana Keuangan Andy Nugroho mengatakan belanja atau jajan online berpotensi mendorong sifat konsumtif. Andy menuturkan salah satu faktor utama penyebab perilaku boros ini adalah karena minimnya hambatan dalam proses belanja secara digital.
“Ketika kita belanja online itu kan bisa dibilang tidak ada batasan sama sekali bahkan kita sambil rebahan, bengong, buka HP, langsung disikat,” ujar Andy kepada www.wmhg.org, Jumat (16/5/2025).
Disiplin Anggaran
Sebagai upaya untuk mengendalikan pengeluaran dari jajan online ini, Andy menyarankan agar masyarakat disiplin dalam membuat anggaran.
Namun, jika hal tersebut tidak berhasil, ia menyebut opsi ekstrem seperti menghapus aplikasi bisa menjadi solusi terakhir untuk menghindari godaan konsumtif.
“Kalau ternyata justru keburukannya makin banyak, dalam artian kita justru makin boros, ya mau nggak mau, kalau kita tidak bisa mendisiplinkan diri, kita tutup ataupun uninstall aplikasi-aplikasi tersebut,” tegas Andy.