Jakarta Pemerintah terus berupaya membatasi pasar rokok di Indonesia, meskipun produk tembakau tersebut jadi salah satu penyumbang cukai terbesar. Selain itu, industri rokok di Tanah Air juga memainkan dampak ekonomi yang signifikan, dengan jumlah konsumen dan peredaran uang besar.
Di tengah upaya global mereduksi angka perokok, apakah langkah tersebut bisa dilakukan di Indonesia?
Menjawab hal itu, Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR) bekerjasama dengan universitas-universitas terkemuka di Asia, menyelenggarakan Asia-Pacific Conference on Smoking and Harm Reduction di Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung.
Inti dari konferensi ini adalah pengurangan bahaya tembakau (tobacco harm reduction) yang dibahas melalui penelitian ilmiah, penerapan klinis, dan usulan untuk strategi kesehatan masyarakat yang lebih efektif.
Cara Komunikasi
Direktur CoEHAR Riccardo Polosa mengutarakan, umpan balik yang diterimanya sangat positif. Di negara yang tingkat perokoknya menjadi tantangan kesehatan yang besar, membangun komunikasi yang terbuka dan transparan berdasarkan penelitian ilmiah menawarkan peluang nyata untuk memengaruhi pilihan gaya hidup di antara penduduk Indonesia.
Dukungan dari para pemangku kepentingan dan peneliti lokal merupakan tonggak penting dari pekerjaan kami, hasil dari upaya kerja sama dan jaringan yang kuat yang memungkinkan kami membangun jembatan ilmiah dan budaya yang unik, jelasnya, Senin (16/6/2025).
Kolaborasi penelitian yang dijalankan CoEHAR memvalidasi bukti ilmiah terkini mengenai toksikologi rokok, serta produk pengurangan bahaya di tujuh laboratorium, yang juga menetapkan standar-standar penelitian internasional baru.