Jakarta Ekonom memperkirakan bahwa Indonesia diperkirakan akan menghadapi hambatan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi di kisaran 5% tahun ini.
Hal ini menyusul pelemahan pada prospek perekonomian global setelah pecahnya ketegangan militer antara Iran dan Israel di Timur Tengah, yang memicu kekhawatiran tentang gangguan di Selat Hormuz, di mana dekitar seperlima dari total konsumsi minyak dunia.
“Tentunya Indonesia pertumbuhannya akan lebih sulit lagi menyentuh angka 5%. Diproyeksi tumbuh hanya 4,7% di 2025 untuk ekonomi Indonesia,” kata Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira kepada www.wmhg.org di Jakarta, Selasa (17/6/2025).
Adapun risiko perang Iran Israel terganggunya arus distribusi barang asal Indonesia, terutama untuk ekspor ke Timur Tengah.
“Padahal banyak pelaku usaha Indonesia mulai membuka peluang ekspor ke negara-negara Timur Tengah. Tapi karena adanya Israel-Iran kan kapal kargo, kemudian pesawat pengangkut kargo itu akhirnya mengalihkan rutenya, membuat biaya logistik jadi lebih mahal, asuransi pengiriman juga menjadi lebih mahal. Akhirnya harga di level konsumen yang ada di Timur Tengah kurang kompetitif,” papar Bhima.
Dampak ke APBN
Bhima juga mengingatkan dampak terhadap Anggaram Pendapatan Belanja Negara (APBN), karena harga minyak mentah mulai meningkat.
“Harga minyak mentah langsung naik 7% ketika terjadi eskalasi konflik Israel-Iran. Di sisi lain permintaan untuk barang-barang dari industri pengolahan melemah. Hal ini yang (menimbulkan risiko) perdagangan global menurun,” jelasnya.