Jakarta Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) menyuarakan kekhawatiran terhadap pelemahan ekonomi yang berdampak pada daya beli masyarakat dan performa sektor minuman ringan.
Ketua Umum ASRIM, Triyono Prijosoesilo, menyatakan bahwa gejala penurunan sudah terlihat sejak 2023, khususnya pada kategori minuman non-air minum dalam kemasan (non-AMDK).
Memasuki 2025, tantangan kian berat dengan pertumbuhan ekonomi nasional kuartal I hanya 4,87%, di bawah ekspektasi. Data Nielsen Maret 2025 juga menunjukkan bahwa sektor minuman non-AMDK masih terkontraksi sekitar 4,4%.
Menurut Triyono, hal ini menandakan perlunya kebijakan kondusif agar industri dapat bertahan dan kembali tumbuh.
“Pelemahan di industri minuman ringan sebenarnya telah menunjukkan gejalanya sejak tahun 2023, di mana kami mencatat adanya penurunan volume penjualan pada beberapa kategori minuman non-AMDK,” kata Ketua Umum ASRIM, Triyono Prijosoesilo dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (14/5/2025).
Lembaga riset CORE Indonesia juga memprediksi ekonomi Indonesia tahun ini hanya akan tumbuh di kisaran 4,8%-5,0%, bahkan berpotensi turun hingga 4,6%-4,8% dalam skenario tertentu—lebih rendah dari target APBN sebesar 5,2%.
Data BPS
Di sisi lain, BPS mencatat adanya kenaikan Indeks Harga Produsen sektor akomodasi dan makanan minuman sebesar 0,56% (q-to-q) dan 2,84% (y-on-y) pada triwulan I 2025, yang berisiko menekan margin pelaku usaha.