Jakarta – Indonesia terus menggalakkan pengembangan teknologi tempat penangkapan dan penyimpanan karbon, atau carbon capture and storage (CCS). Dengan memiliki CCS, Indonesia diklaim bisa memiliki tempat penampungan emisi karbon hingga 1.000 tahun.
Executive Director Indonesia Carbon Capture and Storage Center (ICCSC), Belladona Troxylon Maulianda, mengatakan Indonesia punya target mencapai net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat.
Indonesia disebutnya punya keunggulan seperti tempat penyimpanan emisi di bawah tanah cukup besar, sekitar 600 gigaton (600 miliar ton). Di sisi lain, angka emisi yang keluar per tahunnya mencapai 600 juta ton.
Jadi 600 gigaton kalau dibagi dengan 600 juta ton, kita bisa simpan sekitar 1.000 tahun untuk emisi domestik. Tapi kalau kita ingin menyimpan CO2 dari negara-negara tetangga lainnya untuk mendapatkan pendapatan, itu juga dikombinasikan dengan emisi domestik kira-kira kita bisa menyimpan sekitar 200 tahun, terangnya dalam konferensi pers The 3rd Internasional & Indonesia CCS Forum 2025 di Pullman Thamrin, Jakarta, Senin (21/4/2025).
Belladona mengutarakan, CCS tersebut lantas dimanfaatkan secara ekonomi untuk mendapatkan fee dari negara luar untuk menyimpan CO2 di Indonesia. Tak hanya pemasukan, lapangan kerja baru juga bakal tersedia lantaran industri CCS pun butuh pembangunan infrastruktur.
Tenaga-tenaga ahli lapangan pekerjaannya itu bisa sekitar 170 ribu lapangan pekerjaan setahunnya. Mulai dari sektor konstruksi, teknik hingga pengawasannya, imbuh dia.