Jakarta – Beberapa jam setelah data ketenagakerjaan yang lebih lemah dari perkiraan meningkatkan kekhawatiran tentang kebijakan tarifnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah memecat kepala salah satu lembaga ekonomi terpenting Amerika Serikat.
Di media sosial, Trump menyatakan, Komisaris Biro Statistik Tenaga Kerja atau The Bureau of Labor Statistics (BLS) Erika McEntarfer telah memanipulasi statistik ketenagakerjaan untuk membuat saya dan partai Republik terlihat buruk.
Tindakan Gedung Putih yang belum pernah terjadi sebelumnya ini mendorong beberapa orang untuk secara terbuka menuduh Trump mempolitisasi data ekonomi.
Pemimpin Senat dari Partai Demokrat, Chuck Schumer menyebut presiden sebagai “pemimpin yang buruk” yang menyalahkan orang yang menyampaikan berita buruk, meskipun bukan mereka penyebabnya” karena statistik yang buruk.
Pasar saham di AS terguncang pada Jumat, 1 Agustus 2025 ketika Trump, seorang Republik, melanjutkan niatnya untuk menaikkan tarif impor barang-barang dari berbagai negara di seluruh dunia.
Data ketenagakerjaan AS
Angka-angka yang kemudian dipublikasikan oleh BLS menunjukkan pada bulan Juli terdapat penambahan 73.000 lapangan kerja di AS oleh para pengusaha, yang tidak signifikan dan di bawah proyeksi 109.000 posisi baru.
Badan tersebut juga memangkas pertumbuhan lapangan kerja sebelumnya pada Mei dan Juni menjadi 250.000 pekerjaan, yang mana hal tersebut lebih rendah dari yang diperkirakan. Ini merupakan penurunan jumlah lapangan kerja terbesar yang tidak terjadi di era Covid sejak 1979.
Namun, bukan hal yang aneh jika BLS memperbarui data ketenagakerjaan ketika lebih banyak data terungkap. Di bawah kepemimpinan Joe Biden, jumlah ketenagakerjaan direvisi secara retroaktif, turun 818.000 selama 12 bulan selama periode 2023-2024 dibandingkan revisi periode yang sama.
Perubahan tersebut jauh melebihi ukuran normal bulan ini, tetapi para analis mencatat perubahan tersebut selaras dengan data lain yang menunjukkan adanya perlambatan.
Pada Jumat, presiden juga mengunggah di Truth Social: Perekonomian MELEDAK DI BAWAH TRUMP.