Jakarta Indonesia tercatat masih mengimpor bawang putih dalam jumlah besar, mencapai 177 juta dolar AS. Hal ini menjadi perhatian serius pemerintah, terutama mengingat pada tahun 1995 Indonesia pernah mengalami swasembada bawang putih. Pertanyaannya, mengapa negara dengan lahan subur dan tenaga kerja melimpah masih harus bergantung pada impor?
Ketua Dewan Ekonomi Nasional, Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan bahwa Indonesia kini tengah bersiap mengurangi ketergantungan tersebut melalui teknologi. Salah satu langkah awal adalah melakukan penelitian genom terhadap bibit bawang putih yang memungkinkan adaptasi tanaman terhadap iklim dan kondisi tanah lokal. Rencana uji coba penanaman bawang putih di lahan seluas 10 hektare akan dimulai bulan depan.
“Bawang putih kita impor USD 177 juta. Kita pernah tahun 1995 swasembada bawang putih. Kenapa harus impor? Sekarang kita genome bibitnya… Kita akan mulai menanam 10 hektare bulan depan. Kalau itu berhasil, kita pengen 1 hektare 20 ton bawang putih,” ujar Luhut dalam Peluncuran Sahabat AI di Museum Nasional, Senin (2/6/2025).
Kolaborasi Global dan Talenta Lokal
Transformasi ini tidak dilakukan sendiri. Pemerintah membangun kemitraan strategis dengan lembaga riset internasional, salah satunya Beijing Genomic Institute (BGI). Lewat kerja sama ini, Indonesia tidak hanya memperoleh akses teknologi, tetapi juga mengirimkan SDM lokal untuk belajar langsung dari pusat-pusat inovasi dunia. Pendekatan ini diharapkan mempercepat alih teknologi dan penguatan kapasitas dalam negeri.
Kolaborasi serupa juga dibangun dengan Tsinghua University, yang dikenal sebagai salah satu institusi terbaik di dunia dalam bidang kecerdasan buatan (AI). Pemerintah mengirim sejumlah anak muda Indonesia untuk belajar langsung di sana. Menurut Luhut, semua kemajuan ini bisa dicapai asal bangsa Indonesia kompak dan tidak saling menjatuhkan.
“Yang melakukan siapa? Anak-anak Indonesia. Memang betul, Saya juga bangun kerja sama dengan Beijing Genomic Institute… Kita kirim orang-orang kita ke sana, belajar di sana. Sama juga dengan AI di Tsinghua University, rata-rata top dalam bidang Artificial Intelligence. Semua bisa, asal kita kompak,” ujar Luhut.