Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus menunjukkan pelemahan, dengan posisi penutupan pada 9 Mei 2025 masih berada di kisaran Rp16.500 per dolar AS.
Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, mengatakan kondisi ini menempatkan rupiah sebagai salah satu mata uang di Asia yang menunjukkan kinerja kurang stabil terhadap dolar Amerika Serikat.
“Kalau kita bicara perkembangan rupiah saat ini, ini penutupan di hari tanggal 9 Mei kemarin di sekitar masih Rp16.500-an, artinya memang kita bicara kondisinya, memang sejauh ini rupiah masih menjadi salah satu currency di Asia yang mengalami kelemahan terhadap dolar AS,” kata Josua saat ditemui di kantor Permata Bank, Jakarta, Rabu (14/5/2025).
Salah satu faktor utama di balik tekanan terhadap rupiah adalah ekspektasi perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini.
Perkiraan tersebut turut memicu aksi jual bersih oleh investor asing di pasar saham, karena prospek pertumbuhan ekonomi dinilai memiliki dampak langsung terhadap potensi keuntungan korporasi.
“Karena biasanya kalau kita bicara selain sentimen, investor di pasar saham pun juga mempertimbangkan bagaimana prospek pertumbuhan ekonomi yang akan berimplikasi nantinya kepada corporate earnings, sehingga ini menjadi salah satu faktor yang juga mempengaruhi juga kinerja di nilai tukar rupiah,” jelasnya.